Psikologi kenabian
SRI WAHYUNI
5C
1111070000115
PSIKOLOGI
KENABIAN
Psikologi
kenabian adalah ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa
(hakikat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa, serta maqam jiwa) dan gejala jiwa
(perilaku, sikap, tindakan, penampilan, gerak-gerik diri) dari manusia yang
telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri
melalui pemahaman dan pengamalan agama secara totalitas berdasarkan wahyu
Ketuhanan (Al-Quran), sabda dan keteladanan kenabian (Assunah), pendapat para
ahli serta pengalaman ruhaniah para auliya Allah dan orang-orang saleh.
psikologi
kenabian adalah meyakini dan mengimani keberadaan Nabi Muhamad saw sebagai
model manusia tersempurna, menjalankan tuntunannya untuk mencapai kedekatan
yang sempurna pada Allah swt. Akar dari
segala yang urusan di dunia adalah spiritual. Metode penjagaan dan peningkatan
spiritual adalah penyucian jiwa sebagai cara menyehatkan jiwa. Maka pemecahan
segala permasalahan moral yang selama ini terjadi di masyarakat adalah kembali
pada penyucian jiwa.
Fungsi
psikologi kenabian adalah memberikan suatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa
ajaran kenabian dalam Islam adalah pengetahuan dan tuntunan yang wajib diyakini
dan diaplikasikan.
Objek
Psikologi Kenabian
Objek
dari psikologi kenabian adalah jiwa yang bersifat ruhaniah, transendendal atau
batiniah, dan gejala-gejala jiwa yang dapat dilihat secara lahiriah sebagai
ekspresi dari eksistensi jiwa. Seperti pola berfikir, bersikap, berperilaku,
bertindak, dan berpenampilan diri dari manusia yang telah menerima pencerahan
ketuhanan sebagai indikasi dari keberhasilan menjalankan agamanya dengan baik
dan benar.
Tujuan
dari psikologi kenabian antara lain :
1. Mengantarkan
manusia mengenal hakikat dirinya yang azali dan hakiki, yang bersifat
ketuhanan, ruhaniah, dan bercahaya yang senantiasa tidak akan pernah terpisah
dari Tuhannya.
2. Mengantarkan
manusia mengenal eksistensi Tuhannya yang ‘tiada sesuatu pun yang
menyerupai-Nya’
3. Mengantarkan
manusia agar dapat mencapai sehat secara holistik (sehat fisik, mental,
spiritual, finansial, dan sosial)
4. Mengantarkan
manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah
diteladankan oleh Nabi Muhamad saw, yakni cerdas meangit dan cerdas membumi.
Fungsi Psikologi Kenabian yang utama adalah memberikan suatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai sebuah pengetahuan, akan tetapi ia merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri bagi setiap manusia yang telah bersyahadat (bersaksi) akan kebenaran datangnya kematian. Implementasi dari dua kalimat persaksian "asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah" (saya bersaksi bahwa tiada sesembahan melainkan Zat yang bernama Allah, dan saya bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah) adalah melakukan evolusi dan transformasi kedirian dari jiwa hewani kepada jiwa insani, dan puncaknya kepada jiwa robbani. Sedangkan tujuan dari Psikologi Kenabian adalah: mengantarkan manusia mengenal hakekat dirinya yang azali dan hakiki, yang bersifat ketuhanan, ruhaniah, bercahaya, dan tidak akan pernah terpisah dari Tuhannya; mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya yang tidak dapat diserupakan dengan apa pun; mengantarkan manusia agar dapat mencapai sehat dan sejahtera secara holistik (sehat fisik, mental, spiritual, finansial dan sosial); dan mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah ditauladankan oleh Nabi Muhammad saw, yakni cerdas melangit dan cerdas membumi.
Metode
psikologi kenabian adalah cara yang sistematis untuk mengetahui, mengenali
serta memahami eksistensi dan gejala jiwa manusia yang telah meraih pencerahan
jiwa sebagai indikasi dari keberhasilannya dalam beragama.
Aspek lain yang juga dibicarakan adalah tentang motivasi. Dalam
perspektif batin dan kenabian, motivasi adalah dorongan ketuhanan yang
menghidupkan spirit untuk merespon berbagai hal yang terimplementasi pada
perbuatan dan tindakan yang benar, untuk melakukan segala kebaikan dan
kebenaran. Motivasi terdiri atas motivasi spiritual contohnya motivasi
memelihara diri dari kemusyrikan, motivasi fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
contohnya motivasi pemeliharaan diri, dan motivasi psikologis (kejiwaan)
contohnya motivasi memiliki.
Dalam mengatasi dan mengendalikan motivassi spiritual ini Al Quran
dan Assunah Rasulullah saw memberikan acuan, antara lain bertanya dan belajar
pada ahlinya, dalam memenuhi motivasi spiritual hanyalah berharap dan ditujukan
pada Allah swt. Untuk pengendalian motivasi fisiologis dan psikologis, pada
intinya adalah mengembalikannya pada tuntunan Al Qur’an dan hadits.
Belajar, dalam perspektif kenabian, adalah proses meraih ilmu dan
pengetahuan yang kerjanya di bawah bimbingan ketuhanan melalui qalbu, indrawi,
akal pikir, jiwa, dan gerak aktifitas fisik. Dari kerja itu akan menghasilkan
berbagai hal secara empirik serta akan memberikan peribahan pada pola
keyakinan, berfikir, bersikap, berperilaku, bertindak, dan berpenampilan.
Metode belajar yang dijelaskan ada tiga, yaitu :
1. Taklid (mengikuti dan
mencontoh)
2. Eksperimen (trial and
error)
3. Berfikir
Yang menarik, dalam bagian ini ada pembahasan tentang mimpi dan
penafsiran mimpi. Bagi saya , tema ini menarik sebab salah satu hal yang masih
hot dalam dunia psikologi hingga hari ini adalah tafsir mimpi. Tentu masih
ingat buku tulisan Sigmund Freud yang berjudul ‘Tafsir Mimpi’?
Ada penjelasan panjang sebelum kesimpulan ini. Namun intinya, mimpi
yang benar dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Kelompok pertama
Mimpi bagi seorang Rasul dan Nabi adalah wahyu dari Allah yang
mengandung ajaran dan syariat yang dapat disampaikan kepada dirinya maupun
pengikut dan umatnya.
2. Kelompok kedua
Mimpi bagi para ahli waris nabi, yakni para wali Allah, ulama, dan
orang-orang saleh adalah wahyu Allah swt yang dibawa Rasul-Nya, serta bimbingan
Allah swt yang melahirkan pengembangan ilmu pengetahuan tentang kealaman dan
kemakhlukan.
3. Kelompok ketiga
Mimpi bagi orang biasa dan umum adalah peringatan dan kabar
gembira. Dengan peringatan itu ia akan waspada dan senantiasa meningkatkan
keimanan dan kesalehannya. Dengan kabar gembira itu agar ia meningkatkan rasa
syukurnya kepada Allah swt.
Ibnu Sirrin menyebutkan tentang mimpi yang memiliki kekuatan yang
bermakna yang dimiliki oleh beberapa orang, diantaranya adalah :
a. Mimpi seorang penguasa
atau gubernur yang adil dipandang sebagai ilham dari Allah swt
b. Mimpi seorang pemimpin
masyarakat bergantung pada kepercayaan masyarakatnya kepadanya
c. Mimpi orang kaya lebih
kuat dari pada mimpinya orang yang miskin
d. Mimpi anak-anak lebih
benar daripada mimpi anak remaja, karena kesucian mereka. Sedangkan remaja
telah sibuk dengan kenakalan dan memenuhi kehendak mereka yang baru atau sedang
tumbuh.
e. Syaikh al- Karamani
menjelaskan bahwa mimpi seorang yang berilmu lebih benar daripada mimpi orang
yang tidak berilmu, mimpi orang yang menjaga akhlaknya lebih benar daripada
mimpi orang yang tidak menjaga akhlaknya, mimpi orang yang baik lebih benar daripada
mimpi orang yang jahat, dan mimpi orang tua lebih benar dari mimpi orang yang
lebih muda.
Oleh karena itu, bagi siapa saja yang ingin memperoleh mimpi-mimpi
yang benar, maka ia harus meningkatkan keimanan, ketakwaan, kesalehan, dan
kemuliaan akhlaknya. Di atas itulah mimpi-mimpi yang bermakna dan benar akan
dapat diperoleh sebagaimana para nabi, rasul, dan ahli waris mereka.
Ketika seorang laki-laki datang pada Rasulullah sambil berkata, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya saya telah bermimpi bahwa kepalaku terpotong dan saya
mengikutinya.” Maka Rasul saw bersabda, “Mimpi itu berasal dari setan. Jika
salah seorang dari kalian bermimpi buruk dan tidak menyukainya, maka janganlah
menceritakannya kepada orang lain, dan hendaklah ia memohon perlindungan kepada
Allah dari godaan setan.”
Bagaimana agar kita dapat memperoleh mimpi-mimpi yang benar dan
sekaligus mampu memahami makna yang tersirat dari mimpi itu? Berikut adalah
amalan atau doa yang dapat mengantarkan kepada anugerah mimpi yang benar datang
dari Allah, yakni sebagai berikut :
1. Melakukan thaharoh
(bersuci), menyucikan yang najis (istinja), menyucikan yang kotor (mandi), dan
mensucikan yang bersih (wudlu)
2. Pakaian, peralatan, dan
tempat shalat harus selalu bersih dan suci dari kotoran dan najis lahir maupun
batin.
3. Mendirikan sholat
hajat, tahajud, witir, sebagai jalan dan tempat memohon kepada Allah swt.
4. Dan beberapa bacaan
wirid (yang lebih lengkap diuraikan dalam buku)