Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Puisi

Gambar
Tikus Lingkup Pendidikan Ku gubahkan syair untuk ibu pertiwi Pembela bangsa Singsingkan lengan bajunya Teruntuk tunas-tunas bangsa Semangat juangmu Menjanjikan udara bagiku Hai pahlawanku Masih jelas ku ingat dalam ingatan Masih ku simpan kenanganmu Masih ku reka perjuanganmu Demi pendidikan kami Demi generasi penerus bangsa Namun.. pupuk dalam pelajar Membuatmu terpana Menangis dalam persemayaman terakhirmu Melihat pupuk pendidikan Menjadi ladang kemarukan Para tikus dalam lingkup pendidikan Hai pemimpinku.. Rentan kau batasi ruang lingkup kami Karena semangatmu memburu durian diri kami Sarana pembelajaran engkau kurangi Demi pemuasan nafsumu belaka Mengeruk ladang yang segar untukmu Meja menatapku sinis Karena tinta penaku tergores di tubuhnya Mengukir cerita tikus lingkup pendidikan Papan tulis tidak lelah menyaksikan kami Para tunas-tunas bangsa Yang haus akan nilai bukan kemampuan Pegang teguh kejujura

Puisi

Sang Penakluk Peradaban Desiran hebat datang menghampiri hati ini Saat gemuruh suara namamu ku dengarkan Ku singkapkan dengan jelas telingaku lebar-lebar Suara takbir dan namamu disebut oleh para perindu syurgaNya Lahir perlahan rindu ini tak tertahankan Ingin ku hentakkan dan lanjutkan perjuanganmu. Ya Muhammad ya Rasulullah Ya Muhammad ya Habibullah Ya Muhammad ya pemimpin umat Ku rindukan sosok sepertimu Ku rindukan perjuanganmu Ku rindukan kesempurnaan mu Sang mujadid peradaban manusia Sang guru tauladan ummat Dinding kamarku pun bershalawat padamu Angin hilir mudik membisikkan ke dalam telingaku Mereka bershalawat kepadamu Engkaulah yang patut menjadi tauladan Engkaulah yang penakluk peradaban

Otoritas Sang Pemimpin

Kegiatan ini sangat panjang perjalanannya, melewati ribuan rintangan dan masalah. Semuanya begitu sangat melelahkan, tidak terlepas dari konflik dan kekecewaan. Semua yang kita tekuni dalam kegiatan ini tidak terlepas dari kesungguhan kita dalam acara ini, entahlah ada atau tidak ada keikutsertaan kita ini menambah sinergi baru untuk kegiatan ini ataukah tidak. Kegiatan ini bermula dan muncul konflik pada proker “Open recruitment”, entah dimana yang salah saya pun sebagai bagian dalam panitia itu ikut merasa bersalah. Apalagi termasuk kepanitiaan bagian korwat pendaftaran. Orang yang daftar pada saat itu ada 33 orang. Walau tidak sesuai dengan target yang dibayangkan, namun cukuplah untuk open recruitmen part 2 ini. Masalah itu muncul ketika H-1, ketika itu kita mengadakan teknikal meeting untuk persiapan peserta dalam kegiatan besok hari, ternyata peserta tidak ada satupun yang datang. Tidak ada satupun yang co

RENUNGAN BUAT YANG SIBUK BERKARIR

Seperti biasa Faisal (bukan nama sebenarnya), Pegawai di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Banjarmasin, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Rama, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. "Koq, belum tidur?" sapa Faisal sambil mencium anaknya. Biasanya Rama memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang Abah menuju ruang keluarga, Rama menjawab, "Aku nunggu Abah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Abah?" "Lho, tumben, kok nanya gaji Abah? Mau minta uang lagi, ya?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja." "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Abah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan minggu libur, kadang sabtu Abah masih lembur. Jadi, gaji Abah dalam satu bulan berapa, hayo?" R

Renyah

Bapak DPR : "pak ustadz, kalo DPR sama Menteri..... hebat mana?" Ustadz : "hebat Bapak..... bpk Menteri gak berani perintah2 anggota DPR. DPR berani perintah2 menteri"(si DPR nyengir seneng :D) Bapak DPR : "lhaa... kalo Saya sama Ketua KPK hebat mana?" Ustadz : "hebat Bapak DPR juga.... kan ketua KPK dipilih oleh Bapak, DPR tidak dipilih oleh KPK."(Si DPR nyengir makin lebar) Bapak DPR : "ini pertanyaan, di jawab jujur ya Ustadz.... kalo sama presiden?" Ustadz: "masih hebatan Bapak.... bisa jadi Presiden kan karena suara & keputusan Bapak2 di DPR" (cengiran si DPR makin lebar, puasss..... :D) Bapak DPR : "ini pertanyaan terakhir... kalo saya sama Nabi hebat mana?" (si ustadz agak lama mikirnya..... lalu ia menjawab) Ustadz : "eeeehm.... hebatan Bapak DPR jg.... kalo Nabi masih takut Tuhan, kalo Bapak kan udah ngga takut sama Tuhan lagi....