Index Prestasi (IP) Pertama di Awal Perkuliahan
SMA
memberikan sejuta kenangan bagi warga yang telah merasakan masa putih abu itu.
Kenangan membuat kegaduhan, kenangan membuat masalah, kenangan menyontek,
kenangan bolos sekolah, kenangan berorganisasi, kenangan menjadi senior,
kenangan menjadi junior, kenangan tidak membuat PR, kenangan remedial, kenangan
menghadapi detik-detik UAN, kenangan menghadapi perpisahan. Semua kenangan itu
menjadi album yang tersimpan rapi oleh pemiliknya. Semua itu menjadi cerita
konyol dan mengesankan untuk diceeritakan kembali kepada teman-teman kerja dan
keluarga barunya kelak. Ada yang menganggap masa abu-abunya kelam, ada yang
menganggap masa abu-abunya bahagia.
Sekolah
putih abu-abu
Sewaktu
menjelang UAN, semua warga kelas 3 mengalami kestresan yang luar biasa. Stres
karena memang persiapan yang dia miliki belum cukup, stres karena guru
pembimbingnya tidak seru untuk mengajarinya dalam menghadapi detik-detik yang
menegangkan itu. Semua ada dalam penilaian masing-masing.
Kelompok
belajarpun dibuat se asik-asiknya, yang jarang sekolahpun ikut andil dalam
kelompok belajar tersebut, karena itu adalah satu-satunya cara mereka dalam
mengejar ketertinggalan materi pelajaran yang pernah mereka tinggalkan itu.
‘Les privat dadakan’, tidak saja satu atau dua orang yang mengikuti les privat.
Semuanya sibuk dengan persiapannya masing-masing, dengan caranya pun
masing-masing. Do’a akbarpun diadakan dimana-mana, shalat tahajud rajin
dilaksanakan.sampai tibanya waktu UAN tersebut.
UAN
datang. semua warga kelas 3 berada dalam ujung perjuangan mereka. Detik-detik
yang menebarkan, Lembar Jawaban Komputer (LJK) pun sangat hati-hati sekali
mereka isikan, karena takut adanya kotoran bekas hapusan yang akan merusak
kertas, sehingga kertas akan sulit dibaca oleh komputer. Keringat dingin
bercucuran, karena sulitnya kepala mereka untuk menengok sedikit saja kepada
teman sebelahnya. Namun, pasti ada saja yang melakukan hal demikian, sewaktu
pengawas ruangan sedang tidak melihatnya.
Paska
UAN. UAN selesai bukan berarti akhir perjuangan mereka. Mereka masih
berdebar-debar menunggu hasil UAN tersebut, akankah mereka menerima amplop yang
bertuliskan LULUS atau tulisan MAAF ANDA TIDAK BERUNTUNG, hehe. Maksudnya TIDAK
LULUS. Diantara mereka ada yang telah melepas kepenatan dengan jalan-jalan,
atau ada yang masih menunggu hasilnya di rumah dengan banyak memanjatkan do’a sebanyak-banyaknya
kepada Tuhan, ada juga yang telah optimis dan menunggu hasil UAN dengan belajar
untuk persiapan masuk PTN.
Hasil
UAN keluar. Setelah hasil UAN keluar. Amplop telah mereka pegang masing-masing.
Dan hasil perjuangan mereka telah dirasakannya. LULUS, yah.. hanya lima huruf
yang mereka tunggu, yaitu huruf L..U..L..U..S.. LULUS dan mereka yang
bersungguh-sungguh menjalankan persiapan dan sebagainya telah meraup keuntungan
dan tersiram air yang sangat menenangkan hatinya.
Perpisahan
teman seperjuangan adalah hal yang sangat memberatkan hatinya, selama tiga
tahun mereka bersama, bahkan ada yang lebih dari tiga tahun, karena mereka
pernah satu sekolah di tingkat SLTP atau SD. Hal ini sangat membuat hati-hati
mereka tertusuk oleh ribuan jarum, sahabat yang telah mereka temukan, akan
begitu saja menghilang, dan akan menemukan sahabat baru, entah di kampus
ataupun di dunia kerja. Namun mungkin ini tersulit bagi mereka yang benar-benar
telah menyayangi sahabatnya.
Selamat
tinggal masa abu-abu. Kini kami semakin dewasa, menghadapi berbagai
problematika hidup seorang diri, mengatur waktu kehidupanpun sendiri, apalagi
mereka yang setelah lulus langsung menikah. Mereka sudah seharusnya dewasa,
pekerjaan rumah tidak lagi dibebankan kepada orangtua. Namun, bagi yang
melanjutkannya ke dunia kampus, mereka harus mengarungi jalanan kerikil
kembali, yaitu masa ujian masuk PTN/PTS.
Ujian
masuk PTN/PTS. Ujian ini sangat menyeramkan, lebih seram dibandingkan ujian
masuk SMA ataupun SMP. Karena salah mengisi soal point akan dikurangi satu dan
jika benar akan diberikan point empat. Ruang ujianpun banyak dari berbagai
pelosok daerah dan kota yang berbeda, suasana ujian seperti ini mungkin ujian
terseram yang pernah mereka alami. Karena disaat itu, hanya Allah dan dirinya
lah yang mampu menolong dari kesulitan ujian yang dihadapinya. Namun, bagi
mereka yang selalu sungguh-sungguh dalam ujian apapun, baik ujian akhir
semester atau ujian akhir nasional dan bagi mereka yang selalu mandiri jujur
dan hati-hati serta tidak menyontek akan dengan mudah menjalankan ujian masuk
PTN/PTS tersebut. Pastinya dengan Ridha yang diberikan oleh Allah, dan takdir
yang telah ditetapkan.
Hasil
ujian PTN pun tiba, detik-detik perdebaran dihati kembali menyerbu. Akankah
kami melangkah memakai almamater yang kami inginkan atau kami tidak bisa
melangkah dikarenakan nilai kami kurang memenuhi syarat. Dan ternyata senyum
kembali terlukis kepada mereka yang berhasil menggapai cita-citanya untuk masuk
PTN yang diinginkan. Namun, bagi mereka yang belum diijinkan dan diridhai oleh
Allah, kembali berusaha masuk dengan jalur ujian yang lainnya.