“Aqidah yang Sejahtera”
Ta’lim
Anggota dengan tema “Aqidah yang Sejahtera”
Pembicara :
M. Yusuf Hidayatullah
Waktu :
10 April 2013 @Fakultas Psikologi Ruang 308 UIN Jakarta
Nabi
Muhammad Nabi siapa? Kita akan menjawab sebagai Nabi kita. Jika Nabi Isa, Nabi
Nuh dan Nabi yang lainnya itu Nabi siapa? Kita akan menjawab sebagai Nabi
kaummnya. Ini adalah salah satu pertanyaan aqidah.
Pembicara sekarang dengan aktifitas sebagai
mahasiswa atau sedang mengenyam dibangku kuliah di Pascasarjana. Beliau kerap
kali mendapatkan argument-argumen dari teman-temannya mengenai LDK dan KAMMI,
diantara mereka ada yang bilang bahwa KAMMI dan LDK itu adalah perpanjangan
tangan dari PKS. Dan ada yang bilang bahwa mentor dari LDK itu bukan mentor
dari seorang yang ahli dalam ilmunya. Karena mereka telah menelitinya secara
autentik, bahwa mentornya tersebut bukan dari seorang ahli. Menurut pembicara
kita kali ini memberikan saran agar kita tidak usahlah geram pada
argument-argumen yang mereka lontarkan pada kita. Yang penting kita masih
berada dalam ajaran Allah yaitu dengan memegang sunah dan Al-Quran sebagai
pedoman hidup.
Apakah Aqidah
yang Sejahtera itu?
Aqidah adalah mengimani dengan hati, mengucapkan
dengan lisan dan mengimplementasikan dengan perbuatan. Sementara Sejahtera
berarti sesuatu yang baik mencakup semua hal baik fisik atau nonfisik materil
maupun nonmaterial.
Dalam buku Aqidah dengan penulis Sayyid Sabiq disana
tertulis ‘Aqidah atau Iman’, berarti Iman dan Aqidah itu tidak bisa dibedakan.
Dua-duanya memiliki pengertian yang sama karena disana tertulis ‘atau’ kata
yang sejajar.
Didalam buku Sayyid Sabiq disebutkan Iman mencakup
enam hal:
1.
Ma’rifatullah (Mengenal Allah)
Sudahkah kita mengenal Allah? Sebagai hamba kita
harus sudah mengenal Allah bukan sekedar tahu tapi harus mengenal. Bagaimana
cara kita mengenal Allah? Yaitu dengan mengenal pada nama-namaNYA. Nama-nama
Allah (Asmaul Husna) ada 99. Kita tidak sekedar tahu. Tapi kita harus menghafal
nama-namaNYA karena proses pemaham dimulai dengan menghafalnya terlebih daulu.
Mengenal makna namaNYA dan mengimplementasikan ke dalam diri kita sebagai
hambaNYA. Selain dengan namaNYA kita harus tahu dan kenal dengan sifat-sifat
Allah yang wajib berjumlah 20 dan sifat-sifat yang mustahil yang berjumlah 20.
Selain pada nama dan sifat-sifat kita juga harus
mengenal pada dalil-dalil dan wujudNYA.
Contoh Aqidah: Aqua siapa yang memproduksinya?
Pabrik. Pabrik siapa yang menciptakannya? Manusia. Manusia siapa yang
menciptakannya? Allah.
Ketika Ghazali menjawab zatnya Allah: ‘Proses cipta
yang menciptanya pasti ada akhirnya. Dan yang akhir menciptakannya adalah
Allah’.
2.
Ma’rifat pada Alam Lain Selain Alam Semesta Ini
Alam selain alam semesta ini adalam alam ghaib. Alam
ghaib hanya Allah sajalah yang mengetahui keberadaannya. Kita cukup mengimani
akan adanya alam ghaib. Alam Ghaib:
Jin, Malaikat, Setan, dll.
3.
Ma’rifat pada Kitab Allah
Injil, Zabur, Taurat, dan Quran. Semua kitab wajib
kita imani. Wajib kita fahami, dan kita pelajari untuk proses keyakinan. Karena
Aqidah yang sejahtera mencakup keseluruhan termasuk keselurah kitab yang Allah
turunkan.
4.
Ma’rifat pada Rosulullah
Rosul yang Allah perintahkan yaitu untuk mengirimkan
risalah aqidah yang benar kepada seluruh manusia yang berada dalam bumi ini.
Keturunan bisa menjadi factor utama Allah memilih manusia dan mengangkatnya
sebagai Rosul, karena Rosul membawa risalah kebaikan dan juga Rosul harus
memiliki sejarah keturunan yang baik pula.
Rosul diutus agar kita tidak berpecah-pecah. Bisa
saja Allah menurunkan risalah langsung ke manusia yang berada di bumi ini. Tapi
tidak Allah lakukan. Karena Allah ingin menciptakan suri tauladan pada diri
rosul itu sendiri dan agar pada setiap manusia yang mungkin akan merasakan
dirinya benar jika tidak ada seorang Rosul yang dikirim ditengah-tengah mereka.
Jika kita mengimani Allah maka harus dibarengi
dengan mengimani para Rosul.
5.
Ma’rifat pada Hari Akhir
Bayangkan jika kita sudah meninggalkan dunia ini,
kita tidak akan bisa kembali pada kehidupan dunia untuk memperbaiki diri.
Disana kita akan merasakan apa yang kita tanam di dunia. Jika kita mengamalkan
kebaikan maka kita akan mendapatkan reward berupa kesenangan di akhirat. Dan
jika kita mengamalkan keburukan maka kita akan mendapatkan punishment di
akhirat nanti. Maka persiapkan diri kita agar pada hari akhirat nanti kita
berada dalam keadaan yang baik.
6.
Ma’rifat pada Qodo Dan Qodar
Takdir datang dari Allah atas usaha manusia. Kita
bisa saja menghindar dari takdir pertama namun sebenarnya kita menuju takdir
selanjutnya. Pilihan takdir bukan satu, takdir bisa bercabang, bagaimana
manusia memilih takdirnya sendiri dengan baik. Jika takdir kemiskinan
didatangkan oleh Allah, maka alangkah tidak adilnya Allah terhadap manusia yang
miskin.
Contoh: Seorang ibu yang hamil ingin melahirkan
anaknya dengan tanggal dan tahun yang diinginkan, sehingga ibu tersebut
mencesar anaknya agar lahir pada hari dan tanggal yang diinginkan. Berarti
seorang ibu tersebut lari dari takdir kelahiran anak tersebut menuju takdir
yang lain. Dan itu adalah serangkaian takdir yang Allah gariskan pada ibu dan
anak tersebu.
Wallahualam
bishoab.