PERKEMBANGAN NEONATAL
PERKEMBANGAN
NEONATAL
A. Tahapan
proses kelahiran
Tahapan
proses kelahiran terjadi dalam tiga tahap :
Tahap pertama terjadi kontraksi pada rahim berselang
15-20 menit sekali dan berlangsunng hingga satu menit. Ini menyebabkan leher
rahim wanita meregangkan dan terbuka. Seiring tahapan pertama berlanjut,
kontraksi semakin sering muncul bersamaan, setiap 2-5 menit. Intensitasnya
meningkat. Pada akhir tahap pertama kelahiran, kontraksi melebarkan leher rahim
hingga bukaan 10 cm, sehingga bayi dapat berpindah dari rahim kesaluran
kelahiran .
Tahap kedua kelahiran dimulai saat kepala bayi mulai
bergerak melalui leher rahim dan salulran kelahiran, hal ini berakhir ketika
bayi benar-benar keluar dari tubuh ibu. Dengan setiap kontraksi, ibu berusaha
keras mendorong bayi keluar dari tubuh ibu, kontraksi muncul hampir setiap
menit dan berlangsung selama sekitar satu menit. Tahap ini biasanya berlangsung
sekitar 45 menit sampai 1 jam.
Tahap ketiga adalah Tembuni
(afterbirth) yaitu ketika plasenta, tali pusar dan membran lainnya terlepas
dan keluar. Tahap terakhir ini merupakan tahap terpendek dari tiga tahap kelahiran,
hanya berlangsung beberapa menit.
Pengaturan
dan Orang yang Membantu Kelahiran
1.
Bidan Kebidanan merupakan hal yang umum di sebagian
besar dunia (Fallon, Engel & Boyle
2009, Tiran, 2008,Wickham).
Di Belanda,
lebih dari 40% bayi di bantu kelahirannya oleh bidan dari pada dokter (Treffers dkk.,1990). Namun Pada tahun
2003, 91 % kelahiran di Amerika
Serikat didampingi oleh dokter dan hanya
8% wanita yang melahirkan didampingi oleh bidan (Martin dkk.,2005). Pada tahun 2003 95%
dari bidan yang melahirkan bayi di Amerika Srikat adalah perawat- bidan
bersertifikasi. Dibandingkan dengan dokter, perawat- bidan bersertifikasi
umumnya menghabiskan waktu lebih banyak dengan pasien selama kunjungan sebelum
melahirkan, lebih menekankan pada konseling dan pendidikan pasien, lebih
memberikan dukungan emosional,dan cendrung bersama dengan satu per satu pasien
selama seluruh proses persalinan dan melahirkan yang menyebabkan hasil positif pada bayi yang kelahirannya dibantu oleh bidan-perawat
bersertifikat (Davis,2005).
2.
Doula
di banyak negara daula membantu wanita yang sedang mengandung. Daula adalah kata
Yunani yang berarti “seorang
wanita yang membantu”. Daula adalah pengasuh yang
memberikan dukungan fisik, emosional, dan pendidikan berkelanjutan bagi ibu sebelum, selama,dan setelah melahirkan. Daula tinggal bersama ibu selama
persalinan, menilai dan merespons
kebutuhan mereka. Para
peneliti telah menemukan efek
positif bila seorang doula hadir pada
saat kelahiran anak (Berghella, Baxter, & Chauhan, 2008;McComish
&Visger, 2009), dalam sebuah studi terbaru, wanita hamil berpenghasilan
rendah yang diberikan dukungan doula menghabiskan waktu lebih singkat dalam
persalinan dan bayi mereka memiliki nilai kesehatan lebih tinggi di satu dan
lima menit setelah lahir di bandingkan dengan rekan-rekan mereka yang
berpenghasilan rendah tetapi tidak mendapatkan dukungan dari doula (Campbell
dkk.,2006). Studi terbaru lainnya mengungkapkan bahwa perawatan dari doula dikaitkan dengan peningkatan hasil
kelahiran, seperti waktu persalinan yang lebih singkat dan tingkat menyusui
yang lebih tinggi (Nomimsen-Rivers dkk,.2009). Di Amerika Serikat, sebagian
besar doula bekerja sebagai penyedia jasa layanan independen yang dipekerjakan
oleh wanita hamil. Doula biasanya bekerja sebagai bagian dari “tim persalinan”
yang berfungsi sebagai asisten dari bidan atau staf kebidanan rumah sakit
(Dundek,2006). Organisasi perawatan yang dikelola semakin menawarkan dukungan
doula sebagai bagian dari perawatan rutin yang berhubungan dengan kebidanan.
B.
Metode Kelahiran
Rumah sakit di Amerika Serikat
sering memberikan sang ibu dan dokter kandungannya serangkaian pilihan metode
kelahiran. Pilihan- pilihan penting melibatkan penggunaan obat-obatan,
apakah akan menggunakan sejumlah teknik non-obat untuk
mengurangi rasa sakit dan kapan harus memilih kelahiran Cesarean (Downe,2008,Moleti,2009).
a. Pengobatan. Tiga jenis dasar obt-obatan yang digunakan
untuk persalinan, yaitu analgesik, anestesi,dam oksitosik. Analgesik (analgesics) digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Analgesik, mencangkup
obat penenang, barbiturat, dan narkotik (seperti demerol).
a) Anastesi (anasthesia) digunakan di akir tahap pertama persalian dan selama
pengeluaran bayi untuk memblokir sensasi di daerah tubuh atau untuk memblokir
kesadaran.
Ada sebuah tren untuk tidak menggunakan anastesi umum yang
menghambat kesadaran pada kelahiran normal karena anastesi umum dapat di tularkan melalui plasenta kepada janin (Lebierman dkk., 2005). Epidural Merupakan anastesi lokal yang membuat mati rasa
tubuh wanita dari pinggang ke bawah (Kukulu & Deminrok,2008). Bahkan, obat
yang dianggap relatif aman ini, baru–baru ini telah mendapat kritikan karena dikaitkan dengan demam, Persalinan yang memakan waktu yang lama, dan meningkatkan
resiko kelahiran cesarean (Brinbach & Renasinghe,2008).
b) Oksitosin (Oxytocin) adalah hormon sintesis yang digunakan untuk merasang
kontraksi; pitocin adalah oksitosin yang paling luas digunakan. Manfaat
dan resiko oksitosin sebagai bagian dari persalinan terus di perdebatkan (Mendelson, 2009; Wei dkk.,2009).
Sebuah studi di Swedia terkini dalam skala besar
menunjukan bahwa wanita hamil yang di beri oksitosin selama melahirkan cendrung
memiliki bayi dengan tingkat kesehatan lebih rendah dibandingkan wanita hamil
yang tidak diberi oksitosin selama persalinan (Oscarsson dkk, 2006).
Memprediksi bagaimana obat akan mempengaruhi seorang wanita
dan janinnya adalah sulit (Funal,evans,&Lockwood, 2008; Smith2009). Sebuah
obat mugkin memiliki efek minimal hanya pada satu janin, tetapi memiliki efek kuat pada janin
lain. Dosis obat penenang dan narkotik yang lebih kuat yang diberikan untuk
mengurangi rasa skit ibu berpotensi memiliki efek negatif pada janin
dibandingkan dosis ringan. Penting bagi ibu untuk menilai rasa sakitnya dan
memutuskan apakah ia harus menerima pengobatan (Young,2001).
b. Persalinan normal
dan persalinan yang dipersiapan.
Baru-baru ini gagasan untuk menghindari semua obat untuk melahirkan disenangi
di Amerika Srikat; sebalinya banyak wanita memilih mengurang rasa sakit
bersalin melalu teknik yang dikenal dengan persalinan normal, dan persalinan
yang dipersiapkan menjadi populer. Saat ini setidaknya beberapa obat umum
digunakan dalam persalinan umum, tetapi persalinan normal dan persalinan yang
dipersiapkan tetap populer (Hogan dkk,. 2007)
a) Persalinan normal (natural childbirth) adalah metode yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ibu
dengan mengurangi rasa takutnya melalui pendidikan tentang persalinan dan
dengan mengajarinya untuk menggunakan metode pernafasan serta teknik relaksasi
selama persalinan (Romano & Lothian 2008). Pendekatan ini dikembangkan pada
tahun 1914
oleh dokter kandungan inggris Grantley Dick-Read. Read Dick percaya bahwa
hubungan dokter dengan ibu memainkan peran penting dalam mengurangi rasa sakit
dan persepsi bahwa dokter harus hadir, memberikan jaminan, selama persalinan
aktif hingga melahirkan.
b) Persalinan yang
Dipersiapkan. Dokter kandungan
Prancis Ferdinand Lamaze mengembangkan teknik persalianan yang dipersiapkan
atau metode Lamaze. Metode ini mirip dengan persalinan normal termasuk
pengaturan teknik pernapasan khusus untuk mengontrol
dorongan pada tahap akhir persalinan serta pendidikan yang lebih detail tentang
anatomi dan fisiologi dibandingkan dengan pendekatan yang dilakukan oleh
Dick-Read. Metode lamaze telah menjadi sangat populer di Amertika Serikat.
Pasangan wanita hamil biasanya berfungsi sebagai pelatih yang menghadiri kelas
persalinan dan membantunya saat pernapasan dan relaksasi selama melahirkan.
Banyak
teknik-teknik persalinan yang telah dikembangkan (Davidson,London & Ladewig). Teknik- teknik tersebut biasanya mencangkup unsur persalinan normal Dick-Read atau metode Lamaze ditambah satu atau dua
komponen lainnya. Sebagai contoh metode Bradley menekankan peran ayah sebagai
pelatih persalinan (signore,2004). Hampir semua metode persalinan yang
dipersiapkan menekankan pendidikan, relaksasi, dan latihan pernafasan, serta
dukungan.
c.
Perawatan Anak
Baru-baru ini, upaya mengurangi stres
dan mengontrol rasa sakit selama persalinan menyebabkan
peningkatan penggunaan teknik non-medikasi lama dan beberapa teknik
non-medikasi yang lebih baru. Teknik ini termasuk melahirkan dalam air, pijat,
akupuntur, hipnosis,dan terapi musik.
a)
Melahirkan di Dalam Air
Melahirkan didalam air melibatkan proses melahirkan di bak
mandi air hangat sebagian kaum wanita melakukan persalinan di dalam air dan
keluar untuk melahirkan, wanita yang lainnya tetap didalam air untuk
melahirkan. Alasan untuk melahirkan didalam air adalah bahwa bayi telah di
kantung ketuban selama berbulan-bulan dan kelahiran dalam lingkungan yang sama
akan cendrung kurang membuat stres bayi dan sang ibu. Ibu masuk kedalam air
hangat ketika kontraksi mulai muncul bersamaan dan lebih intens. Masuk ke air
terlalu cepat dapat menyebabkan persalinan melambat atau berhenti. Ulasan studi
telah menunjukan hasil yang beragam untuk melahirkan di dalam air (Thoni &
Moroder,2004). Dalam sebuah perbandingan dari hampir 6000 ibu yang melahirkan
di luar air (Landbirths) dan lebih dari 3500
melahirkan di dalam air (waterbirth),
melahirkan di dalam air mengakibatkan menurunnya insiden episiotomi (sayatan
yang dibuat untuk memperlebar vagina untuk melahirkan), sedikit lecet perineum
(perineum adalah otot antara vagina dan anus), lebih sedikit kesakitan yang
dirasakan di vagina, dan tingkat komplikasi bayi yang lebih rendah
(Geissbuehler, Stein, & Eberhard, 2004). Sebuah ulasan penelitian terbaru
menyimpulkan bahwa perendaman dalam air selama tahap pertama persalinan
mengurangi penggunaan epidural/analgesia spinal dan melahirkan di dalam air
tidak meningkatkan efek buruk pada janin/bayi atau ibu (Cluett & Burns ,2009). Kritik-kritik mengenai melahirkan di
dalam air menunjukan bahwa dari beberapa kasus, hal tersebut dapat menyebabkan
tenggelam dan penyakit menular (Pinette, Was & Wilson, 2004). Dalam beberapa dekade terakhir, melahirkan didalam air
lebih sering di praktekan di negara-negara
Eropa seperti Swiss dan Swedia daripada
di Amerika Serikat yang semakin banyak dimasukan dalam rencana kelahiran di
Amerika Serikat
b) Pijat
Pijat
semakin sering digunakan sebagai prosedur sebelum dan selama melahirkan (Field,
2007; Kimber dkk, 2006). Kini peneliti telah menemukan bahwa pijat dapat
mengurangi rasa sakit dan kecemasan selama persalinan. Sebuah tinjauan
penelitian terkini menyampaikan bahwa pijat mengurangi kejadian trauma perineum
(kerusakan di kelamin) setelah lahir (Beckmann &Garrett,2006).
c)
Akupuntur
Akupuntur, penempatan jarum yang sangat halus ke lokasi
tubuh tertentu yang digunakan sebagai prosedur standar untuk mengurangi rasa
sakit melahirkan di China. Studi penelitian terbaru menunjukan bahwa akupuntur
dapat memiliki efek positif pada persalinan dan kelahiran.
Penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa akupuntur dihubungkan dengan
penggunaan metode farmakkologi dan invasif dan skor Apgar yang lebih tinggi
pada lima menit setelah lahir, untuk meningkatkan kenyamanan selama persalinan
dan lebih sedikit bedah cesarean, dan berkurangnya waktu kelahiran (Gaudet
dkk., 2008).
C. Keragaman dalam perkembangan anak
a.
Insiden
dan penyebab berat lahir yang rendah di seluruh dunia.
Kebanyakan,
tetapi tidak semua, bayi premature juga merupakan bayi dengan berat lahir yang
rendah. Tingkat kejadian bayi dengan berat lahir yang rendah bervariasi dari
satu Negara ke Negara lain. Di beberapa Negara, seperti india dan sudan, Negara dengan kemiskinan
merajalela serta kesehatan dan gizi ibu yang buruk, presentase bayi edngan
berat lahir yang rendah mencapai 31 persen (lihat figure 4.3). Di amerika
serikat, terdapat peningkatan peningkatan jumlah bayi dengan berat lahir yang
rendah dalm dua decade terakhir. Jumlah bayi dengan berat lahir yang rendah di
Amerika serikat mencapai 8,1 persen pada tahun 2004, jauh lebih tinggi di
bandingkan banyak Negara maju lainnya (Hoyert dkk., 2006). Misalnya, hanya 4
persen bayi yang lahir di swedia, finlandia, norwegia, dan korea adalah bayi
dengan berat lahir yang renah dan hanya 5 persen bayi yang lahir di selandia
baru, Australia, dan prancis adalah bayi dengan berat lahir yang rendah.
Penyebab berat lahir yang rendah juga bervariasi (
Mortensen dkk, 2009). Di Negara-negara berkembang, berat lahir yang rendah
terutama berasal dari kesehatan ibu dan gizi yang buruk (Christian, 2009).
Sebagai contoh, diare dan malaria yang umum di Negara-negara berkembang dapat
mengganggu pertumbuhan janin jika sang ibu terkena saat hamil. Di Negara-negara
maju , merokok selama kehamilan adalah penyebab utama berat lahir yang rendah
(Fertig, 2009; Nabet dkk., 2007). Di Negara maju dan berkembang, remaja yang
melahirkan ketika tubuh mereka belum sepenuhnya dewasa berisiko memiliki bayi
dengan berat lahir yang rendah (Malamitsi-Puchner & Boutsikou, 2006). Di
Amerika serikat, peningkatan jumlah bayi dengan berat lahir yang rendah
disebabkan factor-faktor, seperti penggunaan obat-obatan, kekurangan gizi,
kelahiran majemuk, teknologi dalam reproduksi, serta teknologi perbaikan dan
perawatan kehamilan yang mengakibatkan angka kelangsungan hidup bayi berisiko
tinggi lebih tinggi (Chen, When, Fleming, dkk, 2007; Chem, Wen, Yang dkk,
2007). Namun demikian, kemiskinan tetap menjadi factor utama dalam kelahiran
premature di Amerika serikat. Wanita yang hidup dalam kondisi kemiskinan lebih
cenderung menjadi gemuk. Memiliki diabetes dan hipertensi, merokok dan
menggunakan obat-obatan, serta cenderung tidak memiliki perawatan prenatal yang
teratur (Nagahawatte & Goldenberg, 2008).
b.
Konsekuensi
Kelahiran Premature dan Berat Lahir yang Rendah
Sebagian besar bayi yang lahir premature dan bayi
dengan berat lahir rendah berada dalam kondisi yang sehat, namun
sebagai kelompok mereka memiliki lebih banyak masalah kesehatan dan
perkembangan dibandingkan bayi dengan berat lahir yang normal. Bayi-bayi
premature adalah bayi-bayi yang dilahirkan kurang dari 28 minggu, dan bayi yang
sangat premature adalah bayi-bayi yang dilahirkan kurang dari 33 minggu usia
kehamilan (Smith, 2008) Pnelitian Norwegia terkini yang mengindikasikan bahwa
semakin dini bayi premature lahir, semakin besar kemungkinan mereka akan putus
sekolah (Swamy Ostbye, & Skjaerven,
2008). Penelitian terbaru lainnya menemukan bahwa bayi terlalu prematur lebih mungkin untuk
menunjukkan keterlambatan dalam
perkembangan bahasa (seperti jumlah kosakata dan kualitas kata-kata yang digunakan) dibandingkan bayi yang
sangat prematur yang pada gilirannya
menunjukkan keterlambatan bahasa dibandingkan bayi yang tidak prematur (Foster-Cohen dkk., 2007). Sebuah
tinjauan penelitian terbaru juga
mengungkapkan bahwa bayi sangat prematur memiliki skor IQ yang lebih rendah, keterampilan memproses
informasi yang kurang efektif, dan
lebih rentan terhadap masalah perilaku dibandingkan bayi yang tidak
prematur (Johnson, 2007).
Jumlah dan
keparahan masalah-masalah tersebut meningkat saat bayi dilahirkan sangat dini dan saat berat lahir mereka turun (Hack
dkk., 2009; Woodward dkk., 2009). Angka ketahanan hidup bayi yang lahir sangat dini dan sangat kecil telah meningkat, tetapi dengan meningkatnya
angka kelangsungan hidup tersebut telah meningkatkan
angka kerusakan otak yang parah. Semakin dini kelahiran dan semakin
rendah berat lahir, semakin besar kemungkinan kerusakan otak. Sekitar 7
persen dari bayi yang lahir dengan berat badan yang cukup rendah (1,5 kg 5 ons
hingga 2,5 kg 8 ons) mengalami cedera otak. Angka ini meningkat
sampai 20 persen untuk bayi terkecil (0,5 kg 2 ons hingga 1,5 kg 5 ons). Studi
pencitraan resonansi magnetik terbaru (MRI) mengungkapkan
bahwa remaja yang pernah mengalami kelahiran sangat
prematur lebih mungkin untuk menunjukkan penurunan lobus prefrontal (bagian otak tempat terjadinya fungsi kognitif yang paling maju seperti
penalaran) dan fungsi korpus kalosum (serat-serat yang menghubungkan
dua belahan otak) dibandingkan remaja yang tidak lahir prematur (Narberhaus
dkk., 2008). Bayi dengan berat lahir yang rendah juga lebih mungkin
memiliki penyakit paru-paru dan hati dibandingkan bayi
lahir normal (Streubel, Donohue, & Aucott, 2008).
Pada usia sekolah,
anak-anak yang dilahirkan dengan berat lahir yang rendah lebih mungkin memiliki keterbatasan dalam belajar, gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas, atau masalah pernapasan seperti asma
dibandingkan dengan teman mereka dengan berat lahir yang normal (Greenough,
2007; Santo, Portuguez, & Nunes, 2009). Sebuah
penelitian terbaru menemukan bahwa pada usia 8 tahun, anak-anak yang lahir dengan berat terlalu rendah memilikilebih banyak gejala
kecemasan, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, serta
gangguan sindrom autisme dibandingkan rekan-rekan mereka dengan berat badan yang
normal (Hack dkk., 2009). Sebuah studi menunjukkan bahwa anak-anak usia 17
tahun yang lahir dengan berat lahir yang rendah memiliki kekurangan dalam membaca
dan matematika 50 persen lebih besar dibandingkan individu dengan berat lahir
yang normal (Breslau, Paneth, & Lucia, 2004). Sekitar 50 persen dari semua
anak dengan berat badan lahir yang rendah terdaftar dalam program pendidikan
khusus.
Meningkatnya sejumlah penelitian mengindikasikan bahwa bayi dengan berat
lahir yang rendah lebih memiliki kesulitan dalam
bersosialisasi dan memiliki gaya hidup yang berbeda sebagai orang yang mulai
dewasa dan orang dewasa. Berikut merupakan hasil dari ketiga studi
tersebut.
•
Sebagai orang dewasa, bayi dengan berat lahir yang
terlalu rendah lebih mungkin untuk melaporkan bahwa mereka lebih terhambat
dan memiliki tingkat kesejahteraan emosional yang rendah dibandingkan
bayi dengan berat lahir
yang normal ketika dewasa (Schmidt dkk., 2008).
•
Sebagai orang yang mulai dewasa, bayi dengan berat lahir
yang rendah lebih mungkin untuk tetap tinggal di rumah orangtua mereka,
cenderung hidup bersama dengan pasangan intim mereka, dan kecil
kemungkinannya untuk aktif secara seksual dibandingkan rekan-rekan mereka
dengan berat lahir yang normal
(Kajantie dkk., 2008)
•
Sebagai dewasa awal, semakin prematur ketika mereka
dilahirkan, semakin kecil kemungkinan mereka untuk menikah (Moster, Lie,
& Markestad, 2008)
D.
Merawat Bayi Prematur
Sebuah strategi
penting ketika mempertimbangkan bagaimana memperlakukan kelahiran dengan berat yang rendah dan kelahiran prematur adalah untuk mengurangi risiko kelahiran dengan berat yang rendah sebelum hal
tersebut terjadi. Ingat kembali pada Bab 3, "Perkembangan
Prenatal", bahwa program kunjungan rumah untuk wanita
hamil berisiko tinggi dan remaja yang mempromosikan perilaku prenatal sehat memberikan mereka dukungan sosial dan
menghubungkan mereka ke layanan medis dan masyarakat lainnya, mengurangi
risiko melahirkan bayi
dengan berat yang rendah (Lee dkk., 2009).
Beberapa dampak
dari terlahir dengan berat lahir yang rendah dapat dikurangi atau bahkan dibalikkan. Program-program pengayaan intensif
yang menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan untuk
orangtua dan anak-anak dapat meningkatkan hasil jangka pendek untuk anak-anak
dengan berat lahir yang rendah (Massaro dkk., 2009; Melnyk & Feinstein, 2009;
Minde & Zelkowitz, 2008). Dalam penelitian terbaru, para
ibu dari bayi prematur di rumah sakit secara acak dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok intervensi dan kontrol (Newnham, Milgrom, & Skouteris, 2009). Kelompok intervensi diberi tujuh sesi
sebelum bayi keluar dari rumah sakit dan dua sesi selama tiga
bulan selanjutnya. Sesi ini melibatkan informasi lengkap
mengenai praktik dan pelatihan dalam menangani bayi,
melihat bayi (terutama petunjuk mengenai disorganisasi dan stres), mengenali keadaan bayi dan merespons terhadap isyarat bayi, memulai sebuah aktivitas,
perawatan kanguru dan pijat (akan dibahas sesaat lagi),
dan kesenangan bersama melalui bermain. Ketika bayi berusia 3 bulan,
kelompok-kelompok intervensi memiliki interaksi ibu-bayi
yang lebih positif, bayi menangis lebih sedikit, tidur lebih baik, dan memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik, serta
ibu kurang merasa
tertekan dibandingkan kelompok kontrol.
Saat ini,
hukum federal memandatkan bahwa layanan untuk anak-anak usia sekolah harus diperluas untuk menyertakan perawatan berbasis keluarga
untuk bayi yang lahir dengan kecacatan yang parah. Ketersediaan
layanan untuk anak-anak yang lahir dengan berat lahir yang cukup rendah yang
tidak memiliki masalah fisik yang berat bervariasi, tetapi
kebanyakan negara tidak menyediakan layanan ini.
Kini, dua
intervensi unit perawatan intensif neonatal (Neonatal Intensive Care Unit—NICU) yang paling populer yang
melibatkan orangtua adalah pemberian ASI dan perawatan kanguru (kangaroo
care), perawatan untuk bayi prematur yang melibatkan kontak dari kulit ke
kulit. Kedua intervensi tersebut tidak umum hingga baru-baru ini.
Survei terbaru menunjukkan bahwa perawatan kanguru digunakan sebanyak
82-97 persen oleh perawat NICU (Engler dkk., 2002; Field dkk.,
2006). Juga, dalam satu survei, terapi pijat digunakan sebanyak 37 persen oleh
NICU (Field
dkk., 2006).
Mari kita
pelajari lebih lanjut mengenai perawatan kanguru dan terapi pijat. Dalam perawatan kanguru, bayi yang hanya mengenakan popok digendong lurus di dada telanjang ibu, sama seperti bayi kanguru yang dibawa oleh ibunya. Perawatan kanguru biasanya dilakukan selama dua hingga tiga jam per hari, kontak kulit ke kulit sepanjang waktu tambahan pada awal masa bayi (Arora, 2009; Johnson, 2007)
Perawatan kanguru
dapat memiliki waktu tidur yang lebih lama, berat badan naik lebih
banyak, menurunkan tangisan mereka, memiliki periode
kewaspadaan yang lebih lama, dan lebih cepat keluar dari rumah sakit (Ludington-Hoe dkk., 2006). Sebuah studi membandingkan 26
bayi dengan berat lahir yang rendah yang menerima perawatan
kanguru dengan 27 bayi dengan berat lahir yang rendah yang Mengapa menggunakan perawatan kanguru untuk bayi prematur? Bayi prematur sering mengalami kesulitan koordinasi pernapasan dan denyut jantung, dan kontak fisik yang dekat dengan orangtua yang disediakan oleh perawatan kanguru dapat membantu menstabilkan denyut jantung, temperatur, dan pernapasan bayi prematur tersebut (Begum dkk.,
2008). Lebih jauh lagi, bayi prematur yang mengalami menerima perawatan medis/perawatan standar (Ohgi dkk., 2002). Pada usia 6 dan 12 bulan, bayi dengan perawatan
kanguru lebih waspada dan responsif, lebih sedikit tersinggung dan
cerewet, serta memiliki suasana hati yang lebih
positif. Studi lain menemukan bahwa bayi prematur yang menerima perawatan kanguru memiliki kontrol yang lebih baik terhadap stimulasi
mereka, lebih efektif merespons rangsangan, dan terlibat dalam
bidang eksplorasi yang lebih berkelanjiitan selama sesi
bermain dibandingkan kelompok kontrol bayi prematur yang tidak mendapatkan perawatan kanguru (Feldman dkk., 2002). Dua
penelitian terakhir menemukan bahwa perawatan kanguru menurunkan
respons nyeri pada bayi prematur (Akcan, Yigit, & Atici, 2009; Johnson
dkk., 2009). Dan dua studi eksperimen terbaru menunjukkan
bahwa bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah yang secara acak
dimasukkan dalam perawatan ibu kanguru dibandingkan dengan perawatan ibu tradisional semakin lebih banyak mendapatkan
kenaikan berat badan, lebih kecil kemungkinan untuk mengalami hipotermia
dan hipoglikemia, serta lebih kuat melekat pada ibunya (Gathwala, Singh,
& Balhara, 2008 ; Suman, Udani, & Nanavati, 2008).
Perawatan kanguru semakin direkomendasikan untuk bayi yang terlahir tidak
prematur (Ferber & Makhoul, 2008; Walters dkk., 2008).
Banyak bayi
prematur yang lebih sedikit mengalami sentuhan dibandingkan bayi tidak prematur karena mereka terisolasi dalam inkubator suhu yang dikendalikan (Chia, Selleck, & Gan, 2006). Penelitian Tiffany Field
telah membawa pada peningkatan minat terhadap kemungkinan metode pijat
meningkatkan hasil perkembangan bagi bayi prematur.
E.
Penelitian
Tiffany Field Tentang Terapi Pijat
Sepanjang
sejarah dan di dalam banyak kebudayaan, perawat memijat bayi. Di Afrika dan Asia, bayi secara rutin dipijat oleh orangtua atau anggota
keluarga lain selama beberapa bulan setelah lahir. Di Amerika Serikat,
minat dalam menggunakan sentuhan dan pijat untuk meningkatkan pertumbuhan,
kesehatan, dan kesejahteraan bayi telah dirangsang oleh
penelitian Tiffany Field (2001,2003, 2007; Field & Diego, 2008; Field,
Diego, & Hernandez-Reif, 2007, 2008; Field dkk., 2006; Hernandez-Reif,
Diego, & Field, 2007), ketua Touch Research Institute di University of
Miami School
of Medicine.
Dalam sebuah penelitian terbaru, bayi prematur di unit perawatan
intensif neonatal (neonatal intensive care unit— NICU) secara acak ditempatkan pada kelompok terapi pijat atau kelompok kontrol. Selama lima hari berturut-turut, bayi prematur dalam kelompok pijat diberi tiga kali pijat bertekanan sedang selama 15 menit (Hernandez-Reif, Diego, & Field, 2007). Pengamatan perilaku terhadap perilaku stres berikut dilakukan
pada hari pertama dan hari terakhir studi ini, yaitu menangis, meringis, menguap, bersin, gerakan lengan dan kaki yang tidak
teratur, terkejut, dan jari melebar. Beragam perilaku stres tersebut dirangkum
dalam indeks komposit perilaku stres. Seperti
ditunjukkan dalam Figur 4.5, pijat memiliki efek mengurangi stres pada bayi prematur yang sangat penfing karena mereka menghadapi banyak stres
ketika mereka
dirawat di rumah sakit.
Dalam sebuah studi lain, Field dan koleganya (2004) menguji strategi pijat yang lebih hemat biaya. Mereka mengajarkan ibu bagaimana memijat bayi mereka yang lahir tidak prematur daripada meminta profesional kesehatan untuk melakukan pijat. Mulai dari hari pertama kehidupan bayi yang baru lahir sampai akhir bulan pertama, sekali sehari sebelum tidur,
ibu memijat bayi, baik menggunakan tekanan ringan maupun
sedang. Bayi yang dipijat dengan tekanan sedang menagalami kenaikan
berat badan yang lebih banyak, mendapatkan hasil yang lebih baik
pada skala orientasi Brazelton, kurang mudah meluap perasaannya dan lebih
sedikit depresi, serta
lebih tidak gelisah saat tidur.
Field telah
menunjukkan manfaat terapi pijat untuk bayi yang menghadapi
berbagai masalah. Sebagai contoh, bayi-bayi prematur yang terpapar kokain dalam rahim yang menerima terapi pijat mengalami kenaikan berat badan dan raeningkatkan nilai
mereka pada tes perkembangan (Wheeden
dkk., 1993). Studi lain menyelidiki bayi usia 1-3 bulan yang lahir dari ibu remaja yang depresi (Field dkk., 1996). Bayi
dari ibu yang depresi tersebut yang menerima terapi pijat memiliki stres yang
lebih rendah—emosi, kemampuan sosial, dan
kemampuan rileks yang lebih baik—dibandingkan bayi-bayi dari ibu yang depresi
yang tidak dipijat.
Pada sebuah tinjauan penelitian terapi pijat dengan bayi prematur,
Field dan koleganya (2004) menyimpulkan bahwa temuan yang paling
konsisten melibatkan dua hasil positif, yaitu (1) meningkatkan berat badan
dan (2) keluar dari rumah sakit dari tiga sampai enam hari lebih awal.
Bayi bukanlah
satu-satunya yang bisa mendapatkan manfaat dari terapi pijat (Field, 2007). Dalam studi lain, Field dan koleganya telah menunjukkan
manfaat terapi pijat bagi wanita dalam mengurangi sakit saat bersalin (Field,
Hernandez-Rief, Taylor, dkk., 1997), bagi anak-anak yang menderita asma (Field,
Henteleff dkk., 1998), bagi perhatian anak-anak autistik
(Field, Lasko dkk., 1997), dan bagi remaja yang memiliki gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (Field, Quintino dkk,
1998)
F.
Yang terjadi
selama proses pasca-melahirkan
Minggu-minggu seteah persalinan menghadirkan tantangan
bagi orang tua baru dan keturunan mereka. Inilah periode pasca-melahirkan(postpartum
period), periode setelah persalinan atau melahirkan yang berlangsung
sekitar enam minggu sampai tubuh ibu telah menyelesaikan penyesuaian dan telah
kembali ke keadaan hampir sebelum kehamilan. Periode ini adalah saat ketika
seorang wanita menyesuaikan, baik secara fisik maupun psikologis, untuk proses
melahirkan.
Periode pasca-melahirkan melibatkan banyak penyesuaian
dan adaptasi. Bayi harus dirawat. Sang ibu harus pulih dari persalinan dan
belajar bagaimana cara merawat bayi serta belajar untuk merasa baik akan
dirinya sebagai seorang ibu. Ayah perlu belajar bagaimana merawat bayi, dan
belajar bagaimana untuk merasa baik tentang dirinya sebagai seorang ayah.
Banyak profesional kesehatan yang percaya bahwa cara terbaik untuk memenuhi
tantangan tersebut adalah pendekatan yang berpusat pada keluarga yang
menggunakan sumbber daya keluarga untuk mendukung penyesuaian awal dan mudah
bagi bayi yang baru lahir oleh seluruh anggota keluarga. Penyesuaian yang
diperlukan adalah fisik, emosional, dan psikologis.
a.
Penyesuaian Fisik
Tubuh
wanita melakukan banyak penyesuaian fisik pada hari-hari pertama dan
minggu-minggu pertama setelah kelahiran (Smith, 2009). Biasanya terjadi karena
kelelahan dan perlu istirahat, meskipun perubahan ini normal, namun kelelahan
dapat merusak kesejahteraan dan kepercayaan diri si ibu baru tersebut dalam
kemampuannya untuk mengatasi seorang bayi baru dan sebuah kehidupan keluarga
baru (Runquist, 2007).
Hal yang perlu mendapatkan perhatian
adalah hilangnya waktu tidur yang dialami karena pengalaman sebagai pengasuh
utama dalam periode pasca-melahirkan (Gunderson dkk., 2008; Hunter, Rychnovsky,
& Yount, 2009). Kehilangan waktu tidur dapat berkontribusi terhadap stres,
konflik, hubungan, dan gangguan pengambilan keputusan.pakar tidur mengatakan
bahwa diperlukan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan agar jam tidur internal
orang tua mengalami penyesuaian.
Setelah melahirkan, tubuh ibu
mengalamii perubahan mendadak dan dramatis dalam produksi hormon. Ketika
plasenta dikeluarkan, estrogen dan progesteron menurun tajam dan tetap rendah
dampai ovarium mulai memproduksi hormon lagi. Wanita mungkin akan mengalami
menstruasi lagi dalam waktu empat sampai delapan minggu jika ia tidak menyusui.
Jika menyusui, maka ia tidak dapat menstruasi untuk beberapa bulan hingga satu
tahun atau lebih meskipun ovulasi biasanya terjadi selama ini. Beberapa periode
menstruasi pertama setelah melahirkan dapat lebih banyak dari biasanya, tetapi
menstruasi segera kembali normal.
Involusi (Involution)
adalah proses ketika rahim kembali ke ukuran sebelum kehamilan, lima atau enam
minggu setelah kelahiran. Segera setelah melahirkan, berat rahim antara 1
hingga 1,5 kg. Pada akhir lima atau enam minggu, berat rahim mencapai 2 hingga
31 ons. Menyusui bayi membantu pengerutan rahiim dengan kecepatan tinggi.
Jika
seorang wanita secara teratur terlibat dalam latihan pengondisian selama
kehamilan, olahraga akan membantu memulihkan bentuk tubuh dan kekuatannya
semula. Dengan persetujuan pengasuh, ibu baru dapat memulai beberapa latihan
segera sesudah satu jam setelah lahir. Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang
mempertahankan atau meningkatkan olahraga mereka dari hamil hingga
pasca-melahirkan memiliki kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan wanita
yang tidak terlibat dalam olahraga atau menurunkan latihan mereka dari hamil
hingga pasca-melahirkan.
Teknik-teknik relaksasi juga
membantu selama periode pasca-melahirkan. Lima menit pernapasan lambat pada
hari yang penuh tekanan pada periode pasca-melahirkan dapat membuat rileks dan
menyegarkan ibu baru, dan hal ini secara tidak langsung akan menguntungkan
bayi.
b.
Penyesuaian Emosional dan
Psikologis
Fluktiasi
emosional adalah sesuatu yang umum bagi ibu-ibu dalam periode pasca-melahirkan.
Bagi beberapa wanita, fluktuasi emosional menurun dalam beberapa minggu setelah
melahirkan, tetapi wanita-wanita lain mengalami perubahan emosional yang lebih
tahan lama. Bagi mereka, fluktuasi emosional bertahan dan dapat menghasilkan
perasaan cemas, depresi, dan kesulitan dalam menghadapi stres. Ibu yang
mempunyai perasaan seperti itu, bahkan ketika mereka mendapatkan istirahat yang
cukup, dapat mengambil manfaat dari bantuan profesional dalam menangani masalah
mereka. Indikasi perlunya konseling profesional tentang adaptasi
pasca-melahirkan termasuk kekhawatiran berlebihan, depresi, perubahan nafsu
makan yang ekstrem, menangis, dan ketidakmampuan untuk tidur.
Depresi
pasca-melahirkan (postpartum
depression) melibatkan depresi mayor yang biasanya terjadi sekitar empat
minggu setelah kelahiran, yang ditandai dengan perasaan yang kuat, seperti
kesedihan, kecemasan, atau putus asa yang dialami ibu baru, sehingga membuat
mereka mengalami kesulitan menghadapi tugas-tugas sehari-hari.
Perubahan
hormonal yang terjadi setelah persalinan diyakini memainkan peran dalam depresi
pasca-melahirkan. Estrogen membantu beberapa wanita dengan depresi
pasca-melahirkan, tetapi estrogen juga memiliki beberapa kemungkinan efek
samping problematik. Yang dapat mengobati depresi pasca-melahirkan antara lain
obat antidepresan, psikoterapi, dan olahraga yang teratur.
satu
keprihatinan tentang depresi pasca-melahirkan adalah bahwa menyusui kurang umum
di kalangan wanita depresi pasca-melahirkan. Mereka mungkin tidak memberi ASI
karena kekhawatiran mereka tentang dampak negatif potensial dari antidepresan
yang dapat ditularkan kepada bayi mereka melalui ASI.
Depresi pasca-melahirkan dapat
mempengaruhi interaksi antara ibu dan bayi. Sebuah survei nasional terakhir
menunjukkan bahwa ibu yang mengalami depresi 1,5 kali lebih mungkin menyediakan
pemberian makan yang kurang sehat dan latihan tidur bagi bayi mereka.
Ayah juga mengalami penyesuaian
substansial pada periode pasca-melahirkan, bahkan ketika mereka bekerja di luar
rumah sepanjang hari (Cox, 2006). Banyak ayah merasa bahwa bayi menjadi yang
paling utama dan mendapat semua perhatian ibu, beberapa merasa bahwa mereka
telah digantikan oleh bayi. Dukungan dan perhatian ayah dapat mempengaruhi
tingkat insiden depresi pasca-melahirkan pada wanita.
Beberapa ayah mengalami depresi
pasca melahirkan dan dapat membahayakan perkembangan anak. Untuk membantu ayah
menyesuaikan diri, orang tua harus menyisihkan waktu khusus untuk bersama satu
sama lain. Reaksi ayah pasca-melahirkan juga cenderung meningkat jika ia telah
mengambil kelas melahirkan bersama sang ibu dan jika ia berperan aktif dalam
merawat bayi.
c.
Ikatan
Sebuah
komponen khusus hubungan orang tua-anak adalah ikatan (bonding)
pembentukan hubungan, terutama ikatan fisik antara orang tua dan bayi yang baru
lahir pada periode segera setelah lahir. Obat yang diberikan kepada ibu untuk
membuat kelahiran kurang menyakitkan dapat membuat ibu mengantuk, mengganggu
kemampuannya untuk merespon dan merangsang bayi yang baru lahir. Ibu dan bayi
sering dipisahkan segera setelah lahir, dan bayi premature lebih terisolasi
dari ibunya daripada bayi tidak premature.
Orang tua dan bayi yang baru lahir
perlu untuk membentuk ikatan emosional sebagai landasan untuk perkembangan
optimal di tahun-tahun mendatang. Namun, kelemahan dari hipotesis ikatan tidak
boleh digunakan sebagai alasan untuk menjaga ibu yang termotivasi untuk
berinteraksi dengan bayi mereka. Kontak membawa sukacita bagi banyak ibu. Pada
sebagian pasangan ibu-bayi, termasuk bayi premature, bayi remaja, dan ibu dari
keadaan yang kurang menguntungkan, kontak dekat lebih awal dapat membentuk
iklim untuk interaksi yang meningkat setelah ibu dan bayi meninggalkan rumah
sakit.
Saat ini, banyak rumah sakit yang
menawarkan pengaturan perawat gabungan (rooming-in),
ketika bayi tetap di kamar sang ibu hampir sepanjang waktu selama tinggal di
rumah sakit. Namun, jika orang tua memilih untuk tidak menggunakan pengaturan
perawat gabungan, bobot penelitian menunjukkan bahwa keputusan ini tidak akan
merugikan bayi secara emosional (Lamb, 1994).