SKILL DAN TEKNIK BAHASA TUBUH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak masyarakat Indonesia memandang bahwa seorang psikolog dapat membaca dan memahami
pikiran orang lain dengan langsung
melihatnya sepersekian
detik. Masyarakat
menginterpretasikan psikolog seperti
seorang
dukun, yang bisa melihat apa yang tidak tampak tanpa dengan analisa secara
mendalam.
Membaca bahasa tubuh
akan membantu para psikolog untuk mengungkap fakta-fakta orang yang sedang
dihadapi dan sebisa mungkin bahasa tubuh yang bertentangan dengan ucapan yang dikeluarkan dapat diinterpretasi bahwa dia
sedang berbohong. Hal ini memungkinkan para psikolog untuk berhati-hati dalam menginterpretasi terhadap client yang sedang dia tangani.
Bahasa tubuh juga
berkaitan dengan culture dimana client tinggal. Misalkan,
untuk orang India,
jika mengatakan ‘iya’ gesture kepalanya “menggeleng”. Penting bagi seorang psikolog untuk mengetahui dan memahami culture setiap wilayah.
B. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dan fungsi postur tubuh manusia dalam komunikasi nonverbal.
2. Mengetahui
macam-macam jarak dan orientasi
dalam komunikasi nonverbal.
3. Mengetahui
pengertian dan fungsi kontak fisik dalam komunikasi nonverbal.
4. Mengetahui
fungsi penampilan dan bentuk tubuh dalam komunikasi nonverbal.
BAB
II
SKILL
DAN TEKNIK BAHASA TUBUH
A. Postur
1. Definisi
Postur tubuh
merupakan salah satu bentuk komunikasi kinesik. Body posture
adalah sikap tubuh atau bagian tubuh yang terjadi dalam durasi cukup lama
(lebih dari dua detik), sehingga
bisa menjadi ekspresi sikap, perasaan, dan mood orang yang bersangkutan (Herlina) .[1]
2. Kategori
Postur Tubuh
Dari studi eksperimental yang
dilakukan oleh James
pada tahun 1932 (Givens,
2000 dalam Herlina)
teridentifikasi 4 kategori postur tubuh, sebagai berikut:
a. Forward lean
(condong ke depan), yang menunjukkan makna “penuh perhatian.”
b. Drawing back
(menarik diri ke belakang) atau turning
away (pergi atau membalikkan badan atau kepala) yang bermakna “penolakan”,
“negatif.”
c. Expansion (mengembangkan tubuh/anggota tubuh),
yang bermakna “bangga,”
“sombong.”
Sedangkan Albert Mehrabian (Givens, 2000 dalam Herlina) menyatakan ada 2 dimensi primer
dari postur yaitu:
a. Kesiapan.
b. Rileks.
3. Makna Postur Tubuh
Berikut ini akan dibahas makna
beberapa postur tubuh/ anggota tubuh, yaitu kepala, bahu, badan, dan kaki (Herlina).
a. Sikap
Kepala
·
Menarik
dagu ke dalam
Di leher ada
pembuluh darah yang sangat penting di sepanjang saluran pernapasan. Dengan menarik dagu ke dalam berarti
leher terlindungi. Postur
tubuh ini menunjukkan makna tentang rasa takut, tidak berdaya karena ada
sesuatu yang dirasakan mengancam.
·
Menegakkan
kepala
Dengan
menegakkan kepala berarti leher tidak terlindungi. Ini menunjukkan adanya rasa aman dan
yakin pada diri sendiri serta siap memperhatikan lingkungan dan bertindak. Namun, menegakkan kepala secara
berlebihan bisa diartikan sombong.
·
Melemparkan/
menggelengkan/ memutar kepala dengan cepat ke arah belakang
o
Bila sikap ini disertai dengan pandangan
kesediaan menghadapi sesuatu, bisa diartikan menantang.
o
Bila sikap ini dilakukan dengan tenang,
maka muncul kesan otoritas, berwibawa, dan berkuasa.
·
Kepala
dengan lemas dikebelakangkan
Sikap ini menunjukkan
sikap pasif, lamban, senang melamun, lemah tapi senang menikmati sesuatu.
·
Menundukkan
kepala
kepala yang ditundukkan beberapa kali menunjukkan makna
persetujuan.
o
Bila kepala ditundukkan sambil mata
melihat ke bawah, maka artinya seseorang ingin menghindari pandangan atau
menyembunyikan sesuatu karena mempunyai kesalahan yang biasanya ia sadari.
o
Bila kepala ditundukkan, urat-urat leher
lemas, dan mata terbuka penuh, maka artinya orang tersebut sedang memikirkan
sesuatu.
·
Menjulurkan
kepala
Artinya berminat terhadap dunia luar,
ingin tahu apa yang terjadi di sekitarnya.
·
Memutar
kepala sehingga menghadap penuh
Bermakna pengakuan pada orang lain,
kesediaan untuk bertindak, percaya pada diri sendiri.
·
Memutar
kepala sehingga tidak menghadap penuh
Jika disertai pandangan mata dari sudut
mata, berarti curiga.
·
Memutar
kepala ke arah berlawanan (membuang muka)
Bisa memiliki arti: ingin mengusir
pikiran yang mengganggu, menolak sesuatu, atau tidak mau mengakui orang lain.
·
Memiringkan
kepala
Secara
biologis bisa karena ingin melemaskan urat leher yang dirasa mengganggu. Dalam
hubungan sosial
bermakna: bersedia diperintah/dipimpin, sedang “menajamkan
telinga” karena ingin mendengarkan baik-baik/memusatkan perhatian ke arah
suara.
b.
Bahu
· Mengangkat
bahu à
perasaan terancam; tidak yakin pada diri sendiri (merasa tidak pasti).
·
Menurunkan bahu à merasa bebas;
yakin pada diri sendiri.
·
Berganti-ganti mengangkat dan menurunkan
bahu à
ragu-ragu.
·
Bahu digerakkan ke belakang à perasaan
berkuasa; kesediaan bertindak; ada kemauan.
·
Bahu digerakkan ke depan à merasa lemah;
menyerah.
·
Bahu ditekan ke depan à terkejut; takut.
c.
Badan
·
Bagian atas
Bagian
atas badan berhubungan dengan pernapasan, yaitu membesarkan dan menyempitkan
rongga dada.
o
Membesarkan rongga dada à
menyombongkan diri; kesediaan untuk bertindak.
o
Menyempitkan rongga dada à
penakut; tidak pernah gembira; pasif.
·
Bagian bawah badan
Pada
bagian bawah badan terdapat perut dengan organ-organ lunak. Supaya organ-organ ini dapat bekerja
dengan baik, maka bagian bawah badan harus bebas dari gangguan/tekanan. Jika sikap bebas berubah, terutama jika
terancam maka orang-orang berusaha melindungi organ-organ tersebut. Hal ini
dilakukan dengan cara membungkukkan badan atau menegakkan perut.
d.
Kaki dan Tungkai Kaki
·
Cara berdiri
Biasanya
kita berdiri dengan 2 tungkai kaki, berat badan bertumpu kepada kedua tungkai
sama berat.
Secara primer (fisiologis),
bila berdiri pada suatu landasan yang goyah, maka orang berusaha mempertahankan
keseimbangan dengan cara merenggangkan kaki.
Secara sekunder (psikis),
orang yang merenggangkan kaki bila merasa ada ancaman terhadap keseimbangan
psikisnya, baik
dari luar maupun dari dalam.
·
Cara berjalan
Ada
dua cara berjalan:
1.
Berjalan
tanpa tujuan
Biasanya
orang berjalan dengan suatu ritme yang menggambarkan penyerahan diri saat itu,
tidak ada tujuan saat tertentu. Orang
yang berjalan dengan ritme lambat bisa berarti: sedang santai (misalnya
jalan-jalan), berduka cita, depresi, atau malas.
2. Berjalan menuju satu tujuan
Bila
orang berjalan dengan satu tujuan, maka jalannya merupakan takt, bukan ritme. Takt adalah gerakan
berlangsung secara disadari dan diatur oleh kemauan. Orang yang memiliki kekuatan kemauan
bisa dilihat dari cara berjalan sebagai berikut:
o
Bertambah tempo dan panjang langkah.
o
Memajukan bagian atas badan.
o
Garis lurus dalam berjalan.
·
Cara duduk
Cara
duduk biasanya dinilai berdasarkan situasi yang menyenangkan dan mengancam.
o
Cara duduk tenang dilakukan bila orang
merasa yakin, aman, dan ada kepercayaan pada lingkungan sekitarnya. Duduk
tenang biasanya ditunjukkan dengan bersandar melemaskan urat-urat dan tungkai,
tapi masih tetap ada ketertiban.
o
Cara duduk dalam keadaan terancam
dilakukan bila tidak ada
kepercayaan terhadap dunia luar, seolah-olah siap untuk lari. Sikap duduk yang dilakukan
biasanya tegang, tidak bersandar, bagian atas badan agak maju, dan siap untuk
berdiri.
·
Duduk dengan menyilangkan kaki
Duduk dengan menyilangkan kaki bisa
menunjukkan sikap negatif
dan defensif. Namun tentu saja gerakan menyilangkan
tangan lebih menunjukkan sikap defensif
dibandingkan menyilangkan kaki. Ada
dua postur standar duduk dengan tungkai disilangkan, yaitu tungkai bersilang
standar dan tungkai membentuk angka 4 (gaya amerika).
o
Posisi
menyilangkan kaki standar, yaitu satu kaki menyilang diatas kaki lain dengan
rapi.
Posisi
ini menunjukkan sikap pendiam, defensif
dan gugup. Tapi gerakan ini
biasanya merupakan gerakan pelengkap dan sebaiknya tidak diinterpretasikan
secara terpisah. Jika
gerakan ini diikuti dengan gerakan menyilangkan tangan, menunjukkan bahwa orang
tersebut menarik diri dari pembicaraan.
o
Tungkai
bersilang membentuk angka 4 (gaya amerika)
Tungkai
yang menyilang ini menunjukkan adanya sikap menentang dan bersaing. Ketika
seorang sedang
berdebat dan memberikan argumentasi, ia mengambil posisi amerika dan memegang
kakinya yang menyilang dengan kedua tangannya seperti menjepit, menunjukkan
bahwa ia orang keras kepala dan keras hati.
·
Posisi berdiri dengan tungkai menyilang
Biasanya
ketika seseorang merasa sangat kedinginan, ia akan melipat tangan dan memeluk
tubuhnya serta menyilangkan kakinya dengan ketat (tidak rileks), kencang, dan
menekan satu sama lain. Berbeda orang yang kedinginan dan defensive adalah:
orang kedinginan biasanya sambil menyelipkan tangannya dibawah ketiak, sedangkan
defensive dibawah siku.
·
Posisi mengunci pergelangan kaki
o
Mengunci
pergelangan kaki
Mengunci
pergelangan kaki juga mengisyaratkan sikap defensif atau negatif. Pria
biasanya meletakkan kepalan tangannya di atas lutut atau memegang lengan kursi, sementara pergelangan
kakinya mengunci. Posisi
ini menunjukkan sikap negatif, defensif atau menahan emosi. Wanita juga menyatukan kedua pergelangan
kakinya, satu kaki di atas kaki yang lain, tangan diletakkan bersisian, atau
satu tangan di atas tangan lain di pangkuan.
o
Mengunci
kaki
Bagian
atas kaki mengitari tungkai yang satu lagi untuk menguatkan sikap defensif. Gerakan
ini hampir hanya digunakan oleh wanita dan dapat dipastikan bahwa wanita ini
telah menutup diri. Perlu
pendekatan yang hangat dan ramah menghadapi orang yang melakukan posisi ini. Gerakan ini umum digunakan oleh wanita
pemalu dan penakut.
B.
Jarak
dan Orientasi
1. Peranan Ruang
Gerak
Apabila
anda pernah bertubrukan dengan seseorang dijalan raya atau pernah berada pada
keadaan tertekan karena terjebak kemacetan yang luar biasa di dalam bus yang
penuh sesak atau pernah dicium secara tak terduga oleh seseorang yang belum
pernah menciumnya, berarti ruang gerak Anda
mengalami “serangan” kecuali itu semua karena keinginan sendiri, akan menjadi
sesuatu yang aneh dan membuat bulu kuduk merinding saat ada seseorang yang tidak Anda kenal masuk ke dalam ruang gerak atau ruang privasi Anda. Jika mengetahui beberapa ruang gerak di sekeliling kita. Kita akan merasakan nyamannya
pada saat ruang privasi tidak terganggu dan merasakan perbedaan di tempat-tempat tertentu, termasuk perasaan yang
berbeda saat duduk bersebelahan atau berhadapan dengan seseorang. Pada
akhirnya, akan menemukan cara yang paling tepat bagaimana memposisikan diri
saat berdiri, bersandar, bekerja, bergerak, atau berekspresi.
Cara bergerak tentu berimbas pada sikap dan
perasaan, termasuk bagaimana orang lain juga bisa mempengaruhinya. Oleh karena
itu, harus mengetahui cara menempatkan diri saat berhubungan dengan orang lain
atau lingkungan sehingga interaksi yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan.
Jadi, harus mengetahui kapan bisa bersikap lebih terbuka dan tertutup pada
seseorang, termasuk kapan bisa memasuki ruang privasi orang lain atau tidak.
Disinilah kita memahami bagaimana saat berdiri begitu dekat dengan seseorang
sehingga dapat merasakan nafas orang tersebut, atau berdiri agak jauh dan hanya
saling memandang saja.
Menurut Desmond
Morrid dalam Allan Pease (1994), seorang ahli
kehewanan, menyatakan bahwa manusia menempatkan dirinya pada dua keadaan yang
bertolak belakang, yaitu bersaing dan bekerja sama. Apabila ada orang yang
berusaha bersikap lebih dominan atau ingin menang sendiri, tentu sistem yang ada harus ditempatkan agar tidak
terjadi pertengkaran. Sedangakan
tujuan yang dibuat adalah bagaimana
semua orang memahami dan menghormati ruang gerak
seseorang.
2.
Memahami
Ruang Gerak
Setiap
orang memiliki ruang gerak sendiri yang mengelilingi mereka, mulai dari jarak
yang mudah disentuh sampai pada jarak tertentu dimana mereka tidak bisa
disentuh meskipun masih dapat dilihat. Hubungan
yang dimiliki seseorang menunjukkan seberapa dekat orang tersebut diizinkan
untuk masuk ruang geraknya. Seorang
antropolog Amerika, Edward
T. Hall merupakan salah seorang pelopor studi kebutuhan manusia akan ruang.
Pada tahun 1960-an, ia menciptakan kata “proxemics” (dari kata proximity atau
kedekatan). Ilmu mengenai jarak antara dua orang saat berkomunikasi disebut
proxemic. Pemahaman yang benar mengenai
proxemic adalah suatu keharusan jika anda ingin meningkatkan keahlian
komunnikasi non verbal.
a. Jarak intim (15-45 cm)
Ruang gerak ini bisa terjadi
pada sepasang kekasih atau sahabat. Jarak yang diciptakan jika seseorang merasa
nyaman dan aman. Saat ada orang asing atau tidak disukai memasuki wilayah ini, Anda merasa tidak nyaman dan tubuh akan bereaksi
melindungi.
b. Jarak
pribadi (45 cm-1,2 m)
Bagi kebanyakan orang barat,
jarak nyaman untuk saling bercakap-cakap. Jika orang lain yang melangkah
terlalu dekat, Anda akan
merasa terancam, akan tetapi jika terlalu jauh dan berada di luar jarak Anda akan merasa di abaikan atau tidak
dipedulikan.
c. Jarak sosial (1,2
-3,6 m)
Jarak ini terjadi pada
hubungan bisnis seperti antara pembeli dan pedagang. Para pedagang akan merasa
nyaman pada jarak ini. Jika terlalu dekat akan dianggap sok kenal, sedangkan
jika terlalu jauh berarti tidak berminat membeli.
d. Jarak
publik (lebih 3,6 m)
Jarak ini terjadi pada saat
menjadi pembicara di sebuah
forum resmi. Anda akan merasa nyaman berbicara dengan orang-orang yang hadir.
Jika terlalu dekat merasa terganggu jika terlalu jauh tidak bisa berkomunikasi
dengan para hadirin.
3.
Ruang Gerak
Lainnya
Selain pembagian wilayah
ruang gerak, ada lagi pembagian sistem yang
lebih sederhana dan berdasarkana kepribadian Anda yaitu sebagai berikut:
a. Inner space, berarti pkiran dan perasaan.
b. Immediate oute opace berarti
sahabat, keluarga.
c. Public arena berarti
dunia yang lebih luas lagi, yaitu lingkungan dimana Anda berinteraksi dengan orang-orang.
Ada orang-orang yang merasa nyaman hidup sendiri dan berusaha menjaga
kondisi itu. Mereka biasanya hidup dalam
kesunyian dan hidup yang sederhana daripada mereka yang hidupnya dikelilingi
oleh orang banyak dan mengisinya dengan aktivitas sosial. Beberapa orang
yang hidupnya penuh dengan aktivitas yang melibatkan
orang banyak, seperti para eksekutif, politikus,
wanita karir, dan para professional sangat membutuhkan ruang gerak yang lebih
luas. Tak heran, saat senggang atau memang menyiapkan diri untuk cuti, mereka
sangat membutuhkan lingkunngan yang sunyi. Mereka
membutuhkan keadaan itu untuk mengisi kembali baterai kehidupan mereka.
4.
Melatih Ruang
Gerak
a. Bersikap
dominan
Jika menggunakan tangan untuk
memimpin dan mengarahkan orang lain, berarti telah menguasai keadaan. Bisa
bersikap dominan dengan cara menyentuh tangan dan mengatakan bahwa itu milik
kita. Bisa saja meminta dan menyuruh
seseorang dengan menggunakan tangan, bisa saja mengarahkan seseorang dengan
cara meletakkan tangan Anda pada
punggungnya atau berbicara dengan rekan kerja tepat di depannya sambil meletakkan tangan di atas tangannya. Hal ini membuktikan bahwa Anda adalah orang yang berkuasa.
Sebagai
ilustrasi, Toni mengajak Sarah yang baru dinikahinya ke sebuah pesta yang diadakan
oleh perusahaan tempatnya bekerja. Sebagai orang yang baru masuk ke lingkungan Toni, bisa jadi Sarah tidak mengenal siapapun yang hadir pada
pesta tersebut. Sepanjang pesta itu berjalan Toni sering menggandeng tangan Sarah, memeluk bahunya saat memperkenalkannya
dengan seseorang, melingkarkan tangannya pada pinggang
saat berjalan menuju tempat makan,
atau membiarkan tangannya dikepit oleh tangan Sarah saat asyik mengobrol dengan salah seorang
kawannya.
Tindakan
yang dilakukan Toni menunjukkan bahwa Sarah
adalah miliknya. Sarah pun demikian, bahwa ia adalah milik Toni. Dengan craa
menyentuh seseorang atau menyentuh sesuatu dapat menunjukkan bahwa Anda adalah pemiliknya atau mempunyai hubungan
dekat. Siapapun akan mengerti bahwa memiliiki ruang gerak yang tidak boleh
diganggu yaitu sesuatu yang menjadi milik Anda.
b. Menunjukkan
kegelisahan
Memasuki wilayah atau
lingkungan yang asing dapat menyebabkan seseorang menjadi serba salah dan tidak
nyaman sehingga tidak jarang mereka menunjukkan kegelisahannya. Mereka
lebih memilih untuk terus berdiri sampai diijinkan duduk, menolak untuk
menyentuh benda apapun yang ada di ruangan,
kemudian menunjukkan posisi tubuhnya yang cenderung tertutup, seperti memeluk kedua tangannya
didalam dada atau punggungnya yang sedikit membungkuk. Pada saat keadaannya sedikit nyaman, barulah mereka membuka diri
dengan posisi yang terlihat santai.
c. Melindungi
ruang gerak
Sebagai salah satu cara untuk
melindungi hak milik pribadi atau tekanan, seorang biasanya secara otomatis
langsung menjaga ruang pribadinya. Mereka menciptakan gelembung tak terlihat
yang dapat mengelilingi dan melindungi diri mereka. Beberapa cara yang bisa
dicontohkan untuk melindungii diri dengan menempatkan beberapa objek tertentu
antara Anda
dengan orang lain, membuka atau menjulurkan tangan dengan melewati meja, atau
merpaatkan kedua tangan ketubuh.
Pada
kondisi yang normal, kebanyakan orang cenderung menghormati ruang gerak pribadi
orang lain. Akan tetapi, gangguan ruang gerak selalu tidak dapat dihindari.
Pada saat seseorang memasuki ruang pribadi, pasti akan merasakan
ketidaknyamanan. Beberapa orang berusaha mencari jalan keluar yang memungkinkan
mereka terhindar dari rasa tidak nyaman, yaitu dengan cara:
a.
Memutar kepala kearah lain.
b.
Menghindari kontak mata.
c.
Menarik diri sendiri seperti memeluk kedua
tangan ke dada.
d. Melepaskan
rasa nyaman dan tidak nyaman
Seberapa dekat, seberapa jauh
dan pada sudut apa memposisikan diri sendiri saat berhuungan dengan orang lain
akan menunjukkan seberapa santai perasaan kita terhadap orang tersebut.
Kenyamanan berada diantara teman-teman akan memungkinkan kita untuk duduk lebih
dekat lagi dengan mereka. Tubuh kita akan lebih condong kepada mereka dan mata
akan tidak pernah lepas dari mereka. Sementara kepada orang yang tidak anda
inginkan, tubuh kita akan cenderung menolaknya. Kitaa menghindari kontak mata
dan segera menarik tubuh kita. Sudah jelas bahwa kita tidak ingin saling
berhubungan.
Menjaga
jarak dan meletakan suatu benda antara kita sendiri dan orang tersebut. Berdiri
terlalu dekat membuat kita merasa canggung, sedangkan berdiri terlalu dekat juga khawatir di anggap sebagai
peganngu. Ada beberapa orang yang merasa nyaman dengan jarak atau meletakkan
benda tertentu diantara mereka. Hal itu akan membuat mereka merasa terlindungi
dan memberikan kesempatan untuk mengamati orang yang dianggap asing itu. Akan
tetapi, orang yang sangat lebih nyaman jika jarak mereka sangat dekat sehingga
dapat lebih mengenal siapa orang tersebut.
Jika
anda memutar bahu, tentu sudah mnunjukkan bahwa kita merasa tidak nyaman dengan
kehadiran dirinya. Bahu kita bertindak
sebagai pembatas yang menjaga agar anda dan orang tersebut berada pada jarak
tertentu. Pada saat orng tersebut membeakangi anda, bisa jadi itulah yang ada inginkan. Inlh mengapa anda beberapa
orang yang meletakkan foto, tanaman dan komputer demi menjaga jarak anatara
dirinya dengan orang lain, seperti teman keerjanya.Ruang pribadi akan membuat
merasa memiliki akses yang lebih. Seseorang akan merasa lebih nyaman berbicara
dibelakang mejanya tanpa orang yang diajak bicara merasa bahwa meja itu
membatasi mereka.
e. Mengatur
ruang gerak
Menurut Robert
Sommer, seorang ahli psikologi, pada keadaan ramai seperti didalam bus kota,
kereta, atau dipasar, tiap orang akan berpikir bahwa orang lain akan menganggu
ruang gerak mereka sehingga sikap mereka akan cenderung lebih waspada. Apalagi
jika hal itu didukung oleh persepsi negatif tentang adanya orang-orang yang
memang bermaksud tidak baik seperti pencopet. Mereka akan menciptakan ruang
gerak yang reltif. Pada saat keadaan lebih sepi, ruang gerak mereka begitu
luas, akan tetapi pada saat keadaan ebih
ramai, ruang gerak mereka akan menjadi lebih sempit. Orang cenderung lebih
memilih tempat yang kosong, memasang wajah kosong dan tanpa ekspresi sebagai
bentk tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun, kemudian lebih menghindari
kontak mata dengan memandang langit-langit atau lantai.
5. Mengatur
cara duduk
Posisi
duduk juga menentukan siapa diri anda, dan bisa
jadi anda tidak memiliki kesempatan untuk berada pada kondisi yang
menguntungkan. Pada saat acara makan bersam atau acara tertentu yang istimewa,
tuan rumah atau panitia biasanya menguras banyak tenaga untuk menentukan siapa
duduk dimana. Posisi anda duduk dimana inilah yang menentukan apa status anda
yang sebenarnya dan secara tidak langsung memberikan efek bagaimana orang-orang
memandang diri anda. Disinilah mereka akan menempatkan diri bagaimana berkomunikasi
dengan anda dan pada level seperti apa mereka dapat bekerja sama dengan anda.
a.
Berbicara dengan nyaman
Duduk
disudut meja yang berbentuk persegi akan membuat anda dan orang lain merasa
nyaman dan santai sehingga lahirlah percakapan yang lebih bersahabat. Anda
dapat lebih mudah memandang lawan bicara dan membuka ruang untuk bergerak
bebas. Sudut meja kan memberikan suasana yang akrab tanpa ada halangan apapun. Orang yang berbicara di tempat ini
menunjukkan bahwa mereka berada pada posisi yang sama dan sederajat.
b.
Kooperatif
Apabila
anda bekerja saama dengan seseorang atau anda menemukan bahwa diri anda dan
orang lain berada pada posisi yang sama, tentu anda dan dirinya akan merasa
lebih nyaman kalau keduanya duduk saling bersebelahan atau dekat sekali. Hampir
semua orang beranggapan bahwa duduk pada posisi seperti ini pada saat mereka
bekerja sama akan memberikan hasil positif. Posisi ini akan memberikan keleluasan
untuk saling melihat dan merefleksikan sikap pasangan jauh lebih mudah.
Disinilah anda akan berusaha bagaimana rekan kerja anda merasa tidak ada jarak
sehingga menjadi jauh lebih terbuka.
Posisi duduk seperti inilah yang disebut
posisi kooperatif atau posisi yang lebih mudah diajak bekerja sama. Pada saat
anda memperkenalkan orang ketiga pada posisi kooperatif ini, dan nantinya dia
akan duduk di sebelah anda atau duduk disebelah rekan kerja anda, anda telah
menunjukkan pada orang ketiga bahwa anda dan rekan kerja anda adalah sebuah tim
yang kompak. Pada posisi ini anda dapat berbicara atau bertanya pada orang
ketiga dengan lebih akrab lagi.
Apabila anda ingin mempengaruhi seseorang,
anda harus dapat melihat apa yang dia lihat, dapat membuatnya merasa nyaman
bekerja, dan memastikan bahwa dia merasa senang dan bersemangat saat bekerja
dengan anda. Anda akan mendapatkan sikap kerjasama yang lebih banyak hanya
dengan memilih duduk disudut meja dan psosisi kooperatif, dari pada memilih
duduk pada posisi seperti akan berperang dimana percakapan lebih berkesan
singkat dan tajam.
6.
Penerapan
praktis jarak zona
Zona intim kita biasanya dimasuki oleh
orang lain karena satu atau dua alasan. Pertama, orang yang masuk adalah
keluarga atau teman dekat, atau seseorang yang sedang mengadakan pendekatan
seksual. Kedua, orang itu bersikap bermusuhan dan mungkin akan menyerang.
Walaupun kita mungkin bisa mentolerir masuknya orang asing ke dalam zona
pribadi dan sosial kita, masuknya orang asing dalam zona intim menimbulkan
perubahan fisiologis dalam tubuh kita.Jantung memompa lebih cepat, adrenalin
membanjir ke dalam aliran dan otot – otot sebagai persiapan fisik untuk
kemungkinan melawan atau lari.[2]
Oleh
karena itu, melingkarkan lengan secara bersahabat di bahu seseorang yang baru
anda kenal bisa membuat orang tersebut berperasaan negative terhadap
anda.Ia mungkin tersenyum atau kelihatan
senang, tetapi itu dilakukannya supaya tidak menyinggung perasaan anda. Bila
anda ingin agar orang merasa nyaman bersama anda, aturan yang perlu dipegang
adalah “jaga jarak”. Semakin intim hubungan kita dengan orang lain, semakin
dekat kita dibolehkan untuk bergerak dalam zona mereka. Misalnya, seorang
pegawai baru mungkin merasa pegawai lain dingin terhadapnya, tetapi
sesungguhnya mereka hanya menjaganya sampai zona sosial hingga mereka
mengenalnya lebih baik. Semakin ia dikenal oleh pegawai lain, jarak wilayah itu
berkurang dan akhirnya ia pun diperbolehkan bergerak dalam zona pribadi mereka,
dan dalam beberapa kasus, zona intim mereka.
Salah
satu pengecualian terhadap kaidah jarak / keintiman terjadi bila jarak ruang
didasarkan atas kedudukan sosial seseorang.Misalnya, seorang direktur sebuah
perusahaan mungkin sering pergi memancing dengan bawahannya.Ketika keduanya
pergi memancing mungkin masing – masing bergerak dalam zona pribadi atau intim.
Namun, ketika kembali ke kantor si direktur akan menjaga jarak pada zona sosial untuk mempertahankan peraturan
strata sosial yang tidak tertulis.
7.
Melawan
dan bertahan
Dengan
menempatkan diri di seberang meja saat berhadapan dengan seseorang tertentu
akan menciptakan halangan dan berkesan tidak bersahabat, yang mana akan
memunculkan suasana peperangan: serang dan bertahan. Di sinilah halangan itu
akan menunjukkan peperangan yang sebenarya dimana masing-masing pihak akan
berusaha menyerang dan bagaimana mempertahankan opini yang ada. Posisi berdiri
atau duduk saling berhadapan jelas meindikasikan adanya kontrofersi yang
tejadi, sama halnya denan hewan yang sering menyerang cenderung akan
berhadapan. Seseorang yang di serng tentu akan mempersiapkan perisai sebagai
cara untuk mempertahankan dirinya. Sikap yang mungkin muncul adala melipat
kedua tangannya di depan dada, atau sikap yang jelas-jelas terlihat tidak suka
akan pendapat kita, seperti orang yang tidak sabar.
8.
Menjaga
diri
Jika
ada dua oran yang tidak ingin saling berinteraksi satu sama lain, mereka
biasanya akan duduk saling menyilan bersebrangan meja. Orang pertama berada di
ujung salah satu meja, sedangkn orang kedua berada di ujung meja lainnya.Posisi
ini sering terjadi di perpustakaan dimana terdapat dua orang yang sedang
membaca pada meja yang saa, namun mereka jelas tidak ingin bercakap-cakap.
Sikap
duduk seperti ini deisebut dengan diametrically
opposed, diaman suasana yang tercipta adalah suasana yang jauh dari rasa
ketertarikan, memiliki pandangan berbeda, dan tentu saja tidak bersahabat.
9.
Menciptkan
kesetaraan
Posisi
duduk seseorang sudah pasti akan memberikan efek tertentu pada kekuatan
kelompok yang ada. Orang yang duduk di sebelah orang yang memiliki status
paling tinggi pasti akan menjadi orang berikutnya yang memegang status
tersebut. Seseorng yang duduk di sebelah kanan orang yang berpengaruh juga
memiliki kekuatan lebih besar dari pada orang yang duduk di sebelah
kirinya.Semakin jauh seseorang duduk dari orang yang berpengaruh, makin minim
pula kekuatan yang dimilikinya. Sedangkan orang yang duduk bersebrangan dengan
orang yang berpengaruh, akan bertindak sebagai oposan dan biasanya menjadi
orang yang selalu menimbulkan masalah.
Apabila
duduk di meja yang berbentuk lingkaran dan sedang berdiskusi dengan dua orang
lainnya, berusahalah agar posisi duduk anda membentuk segitiga sehingga dengan
begitu akan tercipta suasaa bahwa mereka berdua memiliki kepentingan yang sama,
dan di mata anda ereka berdua adalah sama. Pada saat salah seorang bertanya
tentang sesuatu, lihatlah pada orang yang bertanya dan mulailah menjawab
pertanyaannya, kemudian alihkan pandangan anda pada orang kedua sambil
meneruskan jawaban anda.Lakukan berulang-ulang sebari melihat juga ke arah di
antara mereka berdua menjelas penjelasan jawaban, hingga beralihlah pada orang
yang pertama kali menanyakannya saat jawaban anda telah selesai. Teknik ini
akan menciptakan suasana bahwa kedua orang tersebut dilibatkan secara adil
sehingga membantu orang kedua merasa nyaman dengan anda.
10. Berorientasi pada diri sendiri
a. Sikap
horizontal
Jika anda termasuk orang yang cenderunh dominan,
atau memang memiliki lingkungan pergaulan yang bergaya tidak formal, tidak
bermasalah untuk bersikap horizontal. Orang-orang yang berada pada posisi
telentang dengan wajah menatap ke atas biasanya adlah orang-orang yang memiliki
pikiran jauh lebih luas, yaitu gaya berpikir yang bebas dan mengalir begitu
saja. Pada posisi tersebut, biasanya pikiran mereka menjadi tajam, jelas, dan
lebih mudah diterima.
b. Sikap
vertical
Seseorang yang memposisikan dirinya lebih rendah
dari pada anda menunjukkan bahwa dia berada pada level atau status yang rendah.
Sedangkan orang yang berdiri lebih tnggi menunjukkan bahwa dia bersikap lebih
jauh dominan. Oleh karena itu,posisi kita yang lebih rendah atau lbih tinggi
akan terbaca oleh orang lain bagaimana posisi atau status kita yang sebenarnya.
c. Sikap
merendahkan diri
Orang-orang yang bertubuh pendek banyak merasa
rendah diri.Para wanita yang pendek cenderung selalu teriintrupsi pada saat
rapat atau dijadikan bahan pembicaraan yang tidak mengenakan.Untuk menunjukkan
bahwa orang-orang yang pendek memiliki kelebihan, mereka harus mengubah bahasa
tubuhnya dengan sekuat tenaga. Mereka harus mengisi pikirannya dengan hal-hal
yang positif, berdiri tegak, bergerak dengan pikiran yang jernih dan focus,
menciptakan gambaran-gambaran akan rasa percaya diri yang tinggi, dapat mengontrol,
dan memiliki komitmen. Semakin merasa rendah diri, semakin redah pula seseorang
dapat terbaca dari bahasa tubuhnya.
Penelitian menunjukkan
bahwa orang-orang yang berbadan tinggi memiliki hidup yang lebih sukses,
riwayat kesehatan yang baik, dan hidup lebih lama dari pada orang-orang yang
berbadan pendek.Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada “Journal of Applied Psychology”,
seseorang yang memiliki tinggi badan enam kaki, rata-rata memiliki penghasilan
$789 per tahun lebih banyak dari pada mereka yang memiliki tinggi badan lebih
rendah.
Kekuatan orang-orang
yang berbadan tinggi sebenarnya merupakan cerminan bagaimana budaya manusia
pertama kali hadir di dunia ini.Kendati keadaan seperti itu tidak relavan lagi
saat ini, tetapi masih banyak kita jumpai adanya pengaruh budaya kuno ini pada
semua bidang pekerjaan.
d. Menyeimbangkan
Tubuh
Pada umumnya manusia menggerakan badan tidak
teratur. Oleh karena itu, terdapat otot yang bekerja jauh lbih banyak dan
bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali. Keadaan inilah yang menyebabkan rasa
sakit atau rasa tidak nyaman.Yang akhirnya menyebabkan ketidak seimbangan
tubuh.
Tubuh manusia itu
seperti gangsing yang memiliki pusat grafitasi sehingga dapat berputar pada
porosnya. Otot-otot tubuh bekerja dengan prinsip yang sama, yaitu bergerak
menjauh atau mendekat pusat gravitasi tubuh. Hal ini terjadi dari satu sisi ke
sisi lain dan dari depan ke belakang. Apabila terjadi ketidak seimbangan akan
menyebabkan salah satu bagian mengalami penarikan sementara bagian yang lain
mengalami pengenduran. Bagian punggung adalah bagian yang paling banyak
merasakan sakit atau ketidak nyamanan dari manusia, oleh karena itu, dalam
latihan tubuh seperti pemanasan olahraga, peregangan harus dilakukan secara
seimbang.Jika kita menggerakkkan pinggang kea rah kanan maka diharuskan
menggerakkannya pula kea rah kiri.Jika kepala kita dimiringkan ke kiri maka
juga harus dimiringkan ke kanan.begitu seterusnya.
e. Sikap
asimetrikal
Posisi asimetrikal adalah seperti dua posisi yang
berbeda, namun memberikan sensasi dan suasana yang jelas sangat berbeda.Bentuk
simetrikal cenderung berkesan resmi sedangkan bentuk asimetrik cenderung
santai.Sebagai contoh, jika anda duduk di atas menja dengan satu tangan
diletakkan di atas meja sementara tangan lainnya berada di atas paha, itu
adalah posisi asimetrikal.Apabila seseorag memilih mengambil posisi yang
asimetrikal, ada sesuatu yang menarik dari dirinya. Inilah yang disebut dengan
misteri yang menarik untuk di ungkapkan, terutama oleh irang yang diharapkan
mau dekat dengan orang lain. Pergerakan tubuh cenderung lebih agresif.
C. Komunikasi Tubuh
Jalan
pertama diantara semua jalan komunikasi nonverbal adalah tubuh. Kita
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita seringkali dan secara akurat
melalui gerakan-gerakan tubuh, gerakan wajah, gerakan mata. Pada makalah ini hanya dijelaskan gerakan tubuh.
Gerakan Tubuh
Paul
Ekman dan Wallace V. Friesen
(1969) dalam Joseph A. De Vito (1996)[3]
membedakan lima kelas (kelompok) gerakan nonverbal berdasarkan asal-usul,
fungsi dan kode perilaku ini.
1.
Emblim (emblems)
Emblim adalah perilaku nonverbal
yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan. Emblim meliputi,
misalnya, isyarat acungan jempol untuk
"pekerjaan yang baik," dan
V untuk kemenangan.
Anda menggunakan ini secara sadar dan sengaja
untuk mengkomunikasikan arti yang sama dengan kata-kata. Emblim
adalah pengganti nonverbal untuk kata-kata atau ungkapan tertentu. Kita
barangkali mempelajarinya dengan cara yang pada dasarnya sama dengan kita mempelajari
dengan kata-kata—tanpa sadar, dan sebagian besar melalui proses peniruan.
Walaupun
emblim bersifat alamiah dan bermakna, mereka mempunyai kebebasan makna seperti
sebarang kata apapun dalam sebarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur
kita sekarang belum tentu sama dengan emblim dalam kultur kita 300 tahun yang
lalu atau dengan emblim dalam kultur lain. Emblim bersifat spesifik pada kultur, jadi
berhati-hatilah ketika menggunakan emblim budaya Anda
dalam budaya lain. Sebagai contoh,
di Amerika Serikat, untuk mengatakan
"Halo" Anda menggerakkan seluruh tangan Anda bergerak dari sisi ke sisi, tetapi di sebagian besar Eropa
isyarat yang sama bermakna "Tidak." Di Yunani isyarat seperti
itu akan dianggap menghina
(Axtell, 1993) dalam Joseph A De Vito (1996)[4]
2. Ilustrator
Ilustrator
adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan”
pesan verbal. Dalam mengatakan “Ayo, bangun,” misalnya, Anda mungkin
menggerakkan kepala dan tangan Anda ke arah menaik. Dalam menggambarkan
lingkaran atau bujur sangkar Anda mungkin sekali membuat gerakan berputar atau
kotak dengan tangan Anda. Begitu biasanya kita melakukan gerakan demikian
sehingga sukar bagi kita untuk menukar-nukarnya atau menggunakan gerakan yang
tidak tepat.
Kita
hanya menyadari sebagian ilustrator yang kita gunakan. Kadang-kadang ilustrator
ini perlu kita perhatikan. Ilustrator bersifat lebih alamiah, kurang bebas dan
lebih universal ketimbang emblim. Mungkin sekali ilustrator ini mengandung
komponen-komponen yang sudah dibawa sejak lahir selain juga yang dipelajari.
3. Affect
Display
Affect display
adalah gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional; gerakan ini
memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat
dan kelelahan. Ekspresi wajah demikian “membuka rahasia kita” bila kita
berusaha menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata, “Anda
kelihatan kesal hari ini, mengapa?” Tetapi, kita dapat secara sadar
mengendalikan affect display, seperti aktor yang memainkan peran tertentu.
Affect display kurang bergantung pada pesan verbal dibandingkan pada
ilustrator. Selanjutnya, kita secara tidak sadar mengendalikan affect display
seperti yang kita lakukan pada emblim atau ilustrator. Affect display dapat
tidak disengaja—seperti ketika gerakan-gerakan ini membuka rahasia kita—tetapi
mungkin juga disengaja, seperti saat kita ingin memperlihatkan rasa marah,
cinta, benci atau terkejut dan biasanya kita mampu melakukannya dengan baik.
4. Regulator
Regulator adalah
perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan
pembicaraan orang lain. Ketika Anda mendengarkan orang lain, Anda tidak pasif.
Anda menganggukan kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata dan
membuat berbagai suara paralinguistik seperti “mm-mm” atau “tsk.” Regulator
jelas terikat pada kultur dan tidak universal.
Regulator
mengisyaratkan kepada pembicara apa yang kita harapkan mereka lakukan—misalnya,
“Teruskanlah,” “Lalu apalagi?,” “Saya tidak percaya,” atau “Tolong agak lambat
sedikit.” Bergantung pada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai
dengan pengarahan dari regulator.
5. Adaptor
Adaptor adalah
perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka umum tetapi
tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai
selesai. Misalnya, bila Anda sedang sendiri mungkin Anda akan menggaruk-garuk
kepala sampai rasa gatal hilang. Di muka umum, bila orang-orang melihat, Anda
melakukan perilaku adaptor ini hanya sebagian. Anda mungkin, misalnya, hanya
menaruh jari Anda di kepala dan menggerakkannya sedikit, tetapi barangkali
tidak akan menggaruk, cukup keras untuk menghilangkan rasa gatal.
Menurut
Joseph
A. De Vito (1996)[5],
ada tiga jenis adaptor. Self-Adaptor
adalah gerakan-gerakan self-touching
(misalnya, menggosok hidung). Alter-adaptor
adalah gerakan-gerakan yang ditujukan pada orang dengan siapa Anda berbicara,
seperti menghapus serat kain dari jaket seseorang atau meluruskan dasi orang
lain. Object-adaptor adalah
gerak-gerik yang terfokus pada objek, seperti mencoret-coret atau
memotong-motong cangkir kopi styrofoam.
D. Komunikasi Sentuhan (Touch
Communication)
1.
Pengertian
Sentuhan
(Komunikasi Taktil)
menurut Argyle (1988)[6] menulis bahwa "arti yang paling dasar dari sentuhan
adalah bahwa ikatan antarpribadi yang ditawarkan atau dibangun." Komunikasi sentuhan, yang juga
dinamai haptik (haptics), barangkali
merupakan bentuk komunikasi yang paling primitif (Montague, 1971) dalam Joseph A. De Vito (1996)[7] Dari segi perkembangan, sentuhan (touch)
barangkali merupakan rasa (sense) pertama yang kita gunakan. Bahkan sejak dalam
kandungan, bayi sudah dirangsang oleh sentuhan. Segera setelah lahir, bayi
dipeluk, dibelai, ditepuk dan dielus. Kemudian bayi mulai mengenal dunia
melalui sentuhan (rabaan). Dalam waktu singkat, si bayi belajar
mengkomunikasikan beragam makna melalui sentuhan.
2.
Makna
Sentuhan
Ada lima makna utama sentuhan yang
diidentifikasi dalam telaah mendalam oleh Stanley Jones dan Elanie Yarbrough
(1985) dalam Joseph A. De Vito (1996)[8].
a.
Afeksi Positif
Sentuhan dapat mengkomunikasikan
emosi positif. Ini utamanya terjadi antara pasangan intim atau semacamnya yang
memiliki hubungan yang relatif dekat. Desmond Morris (1972) dalam Joseph A. De
Vito (1996)[9]
menyatakan: “Sentuhan merupakan sistem isyarat yang ampuh dan ia begitu erat
berkaitan dengan perasaan emosional di antara kita sehingga dalam perjumpaan
biasanya sentuhan ini dilakukan pada tingkat minimum. Bila hubungan berkembang,
sentuhan juga akan ikut berkembang.” Di antara emosi-emosi positif yang penting
adalah dukungan, apresiasi, inklusi (pendekatan
untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka),
minat seksual dan afeksi ketenangan, kedekatan,
kasih sayang, kepercayaan, kesamaan dan kualitas, dan
informalitas (Jones
& Yarbrough, 1985;
Burgoon, 1991)[10]. Sentuhan juga merangsang keterbukaan diri (Rabinowitz, 1991)[11].
b.
Bercanda
Sentuhan seringkali
mengkomunikasikan keinginan kita untuk bercanda, dengan perasaan kasih sayang
ataupun secara agresif. Bila kita mengkomunikasikan afeksi atau agresi dengan
cara bercanda, emosi akan kendur dan ini mengisyaratkan kepada orang lain untuk
tidak memandangnya terlalu serius. Sentuhan canda memeriahkan interaksi.
c.
Mengarahkan atau Mengendalikan
Sentuhan mungkin juga mengarahkan
perilaku, sikap, atau perasaan orang lain. pengarahan demikian dapat
mengkomunikasikan sejumlah pesan. Dalam bentuk perintah, misalnya, kita
menyentuh orang lain untuk mengkomunikasikan “pindahlah,” “cepat,” “tetaplah
disini,” dan “kerjakan.” Dalam menarik perhatian, kita menyentuh orang untuk
menarik perhatiannya, seakan-akan mengatakan “lihatlah saya” atau “lihat ini.”
Sentuhan untuk
mengarahkan mungkin juga mengkomunikasikan dominansi. Bayangkanlah, seperti
dikemukakan Nancy Henley dalam Body
Politics (1977) dalam Joseph A. De Vito (1996)[12],
siapa yang akan menyentuh siapa—misalnya, dengan meletakkan tangannya di bahu
orang itu atau dengan meletakkan tangan di punggung orang itu—dalam komunikasi
antara dua orang berikut: guru dan murid, dokter dan pasien, majikan dan
pembantu, manajer dan karyawan, ulama dan umatnya; perwira polisi dan tersangka
pelaku kejahatan, eksekutif bisnis dan sekretaris. Pihak dengan status lebih
tinggilah yang dibolehkan menyentuh orang dengan status lebih rendah. Memang,
orang dengan status lebih rendah dikatakan melanggar tatakrama jika ia
menyentuh orang yang statusnya lebih tinggi.
Henley
selanjutnya mengatakan bahwa selain menunjukkan status lebih relatif, sentuhan
juga mendemonstrasikan penegasan akan kekuasaan pria dan dominansinya atas
wanita. Kaum pria mungkin, kata Henley, menyentuh wanita dalam kegiatan rutin
sehari-hari. Di restoran, kantor, dan sekolah, misalnya, pria menyentuh wanita
dan dengan demikian mengisyaratkan “status superior” mereka. Sebaliknya, bila
wanita menyentuh pria, interpretasi bahwa hal ini menunjukkan bahwa dominansi
wanita atas pria tidak diterima (oleh pria), dan kaum pria mungkin menafsirkan
sentuhan ini sebagai undangan yang bernada seksual.
d.
Ritual
Sentuhan
ritualistik terpusat pada salam dan perpisahan. Menjabat tangan untuk mengatakan
“halo” atau “sampai jumpa” merupakan contoh yang jelas dari sentuhan
ritualistik. Sentuhan ritual juga meliputi pelukan, ciuman, atau meletakkan
lengan Anda di bahu orang lain ketika memberi salam atau mengucapkan selamat
berpisah.
e.
Keterkaitan dengan Tugas
Sentuhan yang
berkaitan dengan tugas dilakukan dengan sehubungan dengan pelaksanaan fungsi
tertentu. Ini dapat bermacam-macam mulai dari menghilangkan debu dari kerah
baju seseorang sampai membantu seseorang keluar dari mobilnya atau menyentuh
dahi seseorang untuk mengetahui apakah ia demam.
3. Penghindaran Sentuhan
Seperti halnya
kita mempunyai kebutuhan untuk menyentuh dan disentuh, kita juga mempunyai
kecenderungan untuk menghindari sentuhan dari orang tertentu atau dalam situasi
tertentu (Andersen & Leibowitz, 1978) dalam Joseph A. De
Vito (1996)[13] . Telah dilakukan penyelidikan tentang
penghindaran sentuhan (touch avoidance)
dan telah ditemukan hubungan yang menarik antara penghindaran ini dengan
variabel komunikasi lain yang penting (Andersen & Liebowitz, 1978) dalam
Joseph A. De Vito (1996)[14].
Penghindaran sentuhan berhubungan positif dengan kekhawatiran berkomunikasi.
Mereka yang takut berkomunikasi lisan juga mendapat nilai tinggi dalam
penghindaran sentuhan. Penghindaran sentuhan juga banyak dijumpai pada mereka
yang kurang melakukan pengungkapan diri.
Baik
sentuhan maupun pengungkapan diri merupakan bentuk komunikasi yang intim. Orang
yang enggan mendekati orang lain melalui pengungkapan diri tampaknya juga
enggan melakukan pendekatan dengan sentuhan.
Orang
yang lebih tua lebih menghindari sentuhan dengan orang dari jenis kelamin yang
berlainan ketimbang orang yang lebih muda. Dengan semakin tuanya seseorang, ia
akan semakin kurang disentuh oleh orang dari jenis kelamin yang berlainan, dan berkurangnya
frekuensi sentuhan ini dapat membuat kita menghindari sentuhan.
Kaum
pria lebih banyak menghindari sentuhan dengan sesamanya ketimbang kaum wanita.
Ini sesuai dengan stereotipe orang Amerika. Pria menghindari sentuhan dengan
sesamanya, tetapi wanita mungkin dan memang saling menyentuh dengan sesamanya.
Di pihak lain, wanita lebih banyak menghindari sentuhan dengan lawan jenis
ketimbang pria.
4. Sentuhan dan Perbedaan Jenis
Kelamin
Salah
satu penelitian yang paling termasyhur tentang sentuhan dan perbedaan jenis
kelamin dilakukan oleh Sidney M. Jourard (1968) dalam Joseph A. De Vito (1996)[15].
Jourard melaporkan bahwa menyentuh dan disentuh sedikit berbeda antara pria dan
wanita. Pria menyentuh dan disentuh sama sering dan pada bagian tubuh yang sama
seperti wanita. Perkecualian utama dalam hal ini adalah perilaku sentuhan dari
ibu dan ayah. Ibu menyentuh (membelai) anak-anaknya dari kedua jenis kelamin
dan dari semua usia lebih sering daripada ayah. Kenyataannya, banyak kaum ayah
yang menyentuh tidak lebih dari tangan anak-anak mereka. Studi yang menemukan
perbedaan antara perilaku sentuhan pada pria dan wanita menunjukkan bahwa
wanita lebih banyak melakukan sentuhan ketimbang pria. Sebagai contoh, riset
terbaru oleh Stanley Jones (1986) dalam Joseph A. De Vito (1996)[16]
memperlihatkan bahwa wanita lebih sering memulai sentuhan ketimbang pria dan
bahwa wanita menyentuh dan disentuh lebih banyak ketimbang pria.
Dalam
investigasi tentang keinginan untuk disentuh dan keinginan untuk menyentuh,
para periset (Hollender & Mercer, 1976) dalam Joseph A. De Vito (1996)[17]
menemukan bahwa kaum wanita melaporkan keinginan besar untuk disentuh.
Kawan
dari lawan jenis dilaporkan lebih sering menyentuh ketimbang kawan dari jenis
kelamin yang sama. Baik mahasiswa pria maupun wanita melaporkan bahwa mereka
menyentuh dan disentuh lebih sering oleh kawan dari lawan jenis daripada oleh
kawan dari jenis kelamin yang sama.
Para
periset komunikasi mereplikasi studi Jourard sepuluh tahun kemudian (Rosenfeld,
Kartus & Ray, 1976) dalam Joseph A. De Vito (1996)[18].
Para periset ini menemukan dukungan bagi semua temuan Jourard itu, kecuali
bahwa dalam studi yang belakangan baik pria maupun wanita dilaporkan lebih
sering disentuh oleh kawan lawan jenis berbeda dibandingkan dengan studi
sebelumnya.
5. Sentuhan dan Perbedaan Kultur
Dalam
studi yang sama, mahasiswa di Jepang dan di A.S. diteliti. Hasilnya menunjukkan
kasus yang sangat dramatis mengenai perbedaan lintas-kultural. Mahasiswa dari
A.S. dilaporkan disentuh dua kali lebih banyak ketimbang mahasiswa dari Jepang.
Di Jepang ada tabu yang sangat kuat yang melarang orang asing saling
bersentuhan. Karenanya orang Jepang sangat menjaga jarak fisik.
Kontras
lintas-kultural lain yang jelas diperlihatkan oleh orang-orang Timur Tengah,
dimana persentuhan sesama jenis di muka umum merupakan hal yang lazim. Pria,
misalnya, berjalan dengan lengan memeluk bahu kawan prianya—suatu perilaku yang
jika dilakukan di A.S. akan membuat banyak orang mengernyitkan dahi. Orang
Timur Tengah, Amerika Latin dan Eropa Selatan lebih banyak saling menyentuh
ketimbang orang-orang dari “kultur non-kontak”—Asia dan Eropa Utara, misalnya.
Bahkan
perbedaan nonverbal yang tampaknya kecil seperti ini dapat menimbulkan masalah
bila anggota-anggota dari kultur yang berbeda berinteraksi. Orang Eropa Selatan
mungkin menganggap orang Eropa Utara dan Jepang dingin, jauh, dan tidak akrab.
Orang Eropa Selatan mungkin dianggap terlalu memaksa, agresif, dan terlalu
akrab melebihi batas kepatutan bagi orang Eropa Utara.
E.
Penampilan
dan Bentuk Fisik
Ukuran
tubuh kita, serta cara kita menutupi tubuh itu sendiri dengan berbagai macam
model pakaian jelas memebri pengaruh yang cukup besar terhadap bagaimana orang
memandang kita, dan berpengaruh terhadap seberapa besar perhatian orang
terhadap kita. Sekilas orang-orang akan memandang bahwa keadaan ini terkendali
sepenuhnya. Tetapi bukan masalah ini sesungguhnya.Memang ada beberapa hal yang
dapat dikendalikan dengan memanipulasi, yaitu dengan menyembunyikan beberapa
hal dari kehidupan sehari-hari.Beberapa aspek memang bisa kita kendalikan,
tetapi harus diingat bahwa bahwa masiih banyak juga aspek yang tidak bisa
dikendalikan (R. Gordon
Wainwright, 2007).[19]
Seseorang wanita bisa
saja menggunakan korset dan memakai bra dengan tambahan busa demi menunjang
penampilannya. Belum lagi berdandan dengan berbagai peralatan tat arias, mulai
dari pensil alis, pemulas bibir, mascara, penegas garis mata, pemulas pipi,
bulu mata palsu, dan mungkin masih banyak lagi. Jelas sekali bahwa ternyata
seseorang rela melakukan hal yang merepotkan demi bisa tampil secara pantas
menghadapi dunia luar (R. Gordon Wainwright, 2007).[20]
1.
Kesan Pertama
Kontak
pertama antara diri kita dengan orang lain adalah “mata ke tubuh”; maksudnya
adalah, bahwa kita akan melihat kea rah bagian tubuh lawan bicara kita terlebih
dahulu sebelum melakukan kontak mata. Hal ini berarti bahwa hal pertama yang
biasanya kita lihat adalah pakaian yang mereka kenakan, dari sini kita akan
melihat penilaian tertentu (R. Gordon Wainwright, 2007).[21]
Fungsi
dasar pakaian, pada suhu normal atau yang lebih dingin adalah sebagai pelindung
tubuh, atau dalam kebudayaan tertentu berfungsi sebagai penjaga kesopanan,
tetapi dalam fungsinya yang paling dasar ini pun pakaian tetap saja memiliki
nilai komunikatif. Pakaian dapat menjadi penilaian tentang penghasilan kita,
status kita, kedudukan kita, kepriadian kita, dan masih banyak lagi (R. Gordon
Wainwright, 2007).[22]
Tentunya
ada beberapa
hal yahg harus diperhatikan dalam berpakaian, salah satu yang paling mendasar
adalah memilih setelan pakaian formal atau nonformal.Banyak pilihan mengenai
dua kategori pakaian tersebut namun dalam memilih harus disesuaikan dengan
keadaan.Pakaian formal dipakai pada lingkungan kerja sedangkan pakaian
nonformal dipakai saat bersantai.Selain itu hal penting yang tidak boleh
dilupakan adalah bentuk tubuh yang mengenakan pakaian itu.Kita sangat sering
mendengar saran berpakaian bagi orang gemuk. Hal
ini menunjukkan bahwa harus hati-hati dalam memilih pakaian karena dapat
membangun kesan pertama seseorang terhadap kita.
2.
Anda Seharusnya Punya Gaya Sendiri
Pilihan
kita dalam berpakaian memberitahukan pada orang lain siapa diri kita. Atau
setidaknya memberitahukan kepada orang lain bagaimana kita menilai diri kita
sendiri. Cara berpakaian juga bisa menjadi identitas terhadapa keunikan yang
kita miliki, jika mengenakan seragam, maka kita akan tampak sama dengan yang
lain. (R. Gordon
Wainwright, 2007).[23] Tetapi harus diingat bahwa disamping
komunikasi yang ingin disampaikan melalui penampilan, kita juga harus
memerhatikan pesan verbal sesungguhnya yang ingin dikomunikasikannya, meskipun
dalam praktiknya tidak mudah.
3.
Pisahkan Antara Laki-Laki Dan Perempuan
Dunia
sekarang sudah memasuki zaman dimana kesetaraannya gender menjadi perbincangan
hangat. Bahkan dalam budaya tertentu perbedaan kelamin hanya akan dianggap
dalam perkawinan saja. Termasuk dalam memilih pakaian, sekarang banyak
laki-laki yang juga memakai alat-alat kosmetik dan perempuan yang menggunakan
pakaian-pakaian laki-laki. Walaupun demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa
sejak manusia itu ada, perbedaan antara laki-laki dan perempuan memengaruhi
cara merespons terhadap satu sama lain secara non verbal. (R. Gordon Wainwright, 2007).[24]
4.
Bentuk dan Ukuran Tubuh
Umumnya
bentuk tubuh diklasifikasikan ke dalam ectomorph
(kurus dan kerempeng), mesomorph (berotot),
atau endomorph (tubuh gemuk).Sering
kita mendengar bahwa memiliki tubuh lebih ramping meningkatkan rasa percaya
diri dan lebih mapan. Mereka yang menjadi gemuk pada usia paruh baya bisa jadi
akan cukup tertekan dengan perubahan tersebutm khususnya jika mereka sama
sekali tidak melakukan upaya apapun untuk mengubah keadaan. Sebaliknya mereka
yang terlalu kurus sampai mendekati anoreksia seringkali memiliki citra-diri
yang rendah dan kadang juga mengalami depresi. Tampaknya cara mengatasinya
adalah dengan menentukan ukuran dan bentuk tubuh seperti apa yang anda inginkan
dan kira-kira mampu anda raih. Kemudian menguatkan keinginan untuk meraihnya,
dan selanjutnya menyusun rencana untuk meraihnya dengan cara yang masuk akal.
Harus diakui motivasi memang faktor yang palin penting dalam menentukan
perubahan seperti apa yang dapat dilakukan dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan (R. Gordon
Wainwright, 2007).[25]
F. Jurnal
Pendukung
Judul : The
Effect of Posture and Dynamics on the Perception of Emotion.[26]
Penulis: Aline Normoyle, Fannie Liu, Mubbasir
Kapadia, Norman I. Badler (University of Pennsylvania) dan Sophie Jorgy (Clemson University).
·
Dependent Variable :. Perception
of Emotion.
·
Independent Variable: Posture and Dynamics.
Experiment
1: Emotion Recognition and Movement Analysis
a) Sampel
Lima
belas peserta (8 L, 7 L) usia antara 17 dan
53 (rata-rata 25,6)
menyaksikan semua 55 klip. Semua peserta memiliki
normal penglihatan normal.
b) Metode
penelitian
1)
Prosedur Eksperimen
Menentukan
tingkat recognition yang dicapai dengan klip. Peneliti menggunakan hasil untuk
memilih gerakan yang diakui dengan baik untuk percobaan selanjutnya, untuk
membandingkan rangsangan untuk studi sebelumnya dan untuk memvalidasi temuan
yang ada terhadap gerakan beragam set kami.
2)
Penciptaan Rangsangan
Mengundang
seorang aktor panggung yang berpengalaman untuk memberikan sepuluh pertunjukan
singkat dari masing-masing enam emosi: marah, jijik, takut, kebahagiaan,
kesedihan, dan kejutan (60 klip animasi dalam total = 1 aktor × 6 × 10
penggambaran emosi). Karakter yang dihasilkan diberikan dalam lingkungan yang
netral. Beberapa klip harus dikeluarkan dari percobaan karena mereka termasuk
terlalu banyak penanda tertutup dibersihkan secara akurat, atau menghasilkan
klip yang terlalu pendek. Dengan demikian, secara total, peneliti memperoleh 55
klip animasi (11 kemarahan, 9 jijik, takut 7, 10 kebahagiaan, kesedihan 9, dan
9 kejutan), masing-masing antara 2 dan 10 detik pada 24 fps.
3) Prosedur
Peserta
melihat setiap klip, mereka diminta untuk menentukan emosi yang disampaikan
dalam video dengan pilihan paksa antara marah, jijik, takut, kebahagiaan,
kesedihan, dan kejutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan
seberapa baik rangsangan kami menyampaikan emosi dasar, peserta dapat melakukan
penelitian dengan langkah mereka sendiri dan melihat setiap klip sesering yang
mereka inginkan.
Mereka
dikirim link ke penelitian dan diizinkan untuk melihat rangsangan pada komputer
mereka sendiri dan untuk mengambil istirahat ketika mereka ingin. Klip
disajikan dalam urutan acak yang berbeda untuk masing-masing peserta. Setelah semua 55 klip telah dilihat dan emosi
dipilih untuk setiap klip, peserta diminta untuk menonton untuk kedua kalinya
dan untuk menilai intensitas dan energi emosi pada skala dari 1 (tidak intens /
tenaga rendah) sampai 5 (sangat intens / tenaga tinggi).
Definisi
intensitas - "Bagaimana orang merasa sangat emosi" - dan energi -
"Tingkat tenaga dan kekuatan gerakan seseorang" - yang ditampilkan
pada layar. Seluruh percobaan berlangsung
antara 30 dan 45 menit untuk menyelesaikan. Peserta memiliki pilihan untuk
melakukan penelitian di laboratorium, di mana mereka diberi kompensasi dengan
makanan dan minuman, atau mereka bisa memilih untuk melakukan penelitian di
tempat lain tanpa kompensasi.
c) Hasil
Rata-rata di semua klip,
62,4% dari klip diakui benar. Secara umum, peneliti melihat bahwa kebahagiaan,
marah, takut, dan kejutan diakui terbaik sedangkan jijik dan kesedihan diakui
sedikit. Kemarahan pada umumnya sangat baik diakui
dengan pengecualian dari dua gerakan yang memiliki hanya satu yang benar respon
masing-masing peserta. Kedua
gerakan buruk diakui adalah ekspresi kemarahan halus ("kemarahan yang
terkandung") yang tidak diterjemahkan dengan baik ke karakter tanpa
animasi wajah. Banyak peserta salah kategori gerakan kemarahan ini sebagai
kesedihan.
Secara umum, klip dengan tingkat pengenalan
rendah jatuh ke dalam dua kategori: peserta tidak memiliki kesepakatan tentang
emosi yang ditampilkan, menunjukkan bahwa peserta hanya menebak di antara
pilihan kita, atau ada kesepakatan yang tinggi di antara peserta untuk emosi
yang salah.
Dari
percobaan ini, kami memilih dua pertunjukan animasi dengan tingkat pengakuan
tertinggi yang akan digunakan untuk percobaan selanjutnya: dua gerakan
kemarahan masing-masing dengan 100% pengakuan yang benar, dua gerakan jijik
(tarif pengakuan 80% dan 93%), dua gerakan ketakutan (93 % dan 100%), dua
gerakan bahagia (93% dan 100%), dua gerakan sedih (80% dan 86%), dan dua
gerakan kejutan (100% dan 87%).
Experiment
2: Oklusi Parsial
Banyak operasi pengeditan gerak dapat
diterapkan pada bagian-bagian tubuh karakter virtual. Oleh karena itu, dalam
percobaan kedua kami, kita menentukan bagian tubuh yang penting dalam
menyampaikan emosi. Untuk
masing-masing enam emosi, kami memilih dua klip dengan tingkat pengakuan
tertinggi dari percobaan 1. Kami kemudian menutup bagian tubuh yang berbeda:
gerakan kepala (atau NH untuk "No Head"), No Lower Body (NL), dan No
Upper Body (NU). Gerak berubah diberi label OR untuk "asli".
a) Sampel
Enam
belas peserta yang tidak terlibat dalam percobaan sebelumnya menyaksikan semua
klip dalam kelompok kecil dari 1-3 peserta pada layar proyeksi besar di ruang
seminar. Tujuan penelitian ini adalah tidak untuk
menentukan tingkat pengenalan tertinggi dari setiap klip tapi untuk menyelidiki
perbedaan antara beberapa oklusi parsial, kami memilih kecepatan yang lebih
cepat untuk percobaan ini.
b) Prosedur
Peserta
melihat klip sekali. Kemudian mereka memiliki total enam detik untuk menentukan
emosi yang dirasakan di pilihan paksa antara enam emosi dasar dan intensitas
yang dirasakan emosi yang pada skala dari 1 sampai 5 mirip dengan Percobaan 1.
Setelah empat detik, suara dimainkan bersama-sama dengan jumlah klip berikutnya
untuk mengingatkan peserta untuk melihat layar lagi. Kemudian klip berikutnya
dimulai. Sebelum memulai setiap percobaan, kami
menunjukkan peserta empat klip pelatihan pada kecepatan yang sama seperti
percobaan. Klip pelatihan dipilih dari klip yang tidak terpakai pada percobaan
pertama. Percobaan penuh waktu sekitar 25 menit untuk menyelesaikan dan peserta
dihargai dengan $ 5.
c) Hasil
-
Recognition Emosi
Tiga peserta baik tidak
mengikuti instruksi atau memeriksa kotak dengan cara yang tidak terbaca.
Jawaban mereka harus dibuang, meninggalkan 13 peserta dalam analisis kami.
Untuk pengakuan emosi, kita menghitung tingkat kesalahan untuk setiap peserta,
emosi, dan jenis oklusi dengan rata-rata selama dua klip dan dua pengulangan.
Takut diakui terbaik
rata-rata dan secara signifikan lebih baik daripada semua emosi lain kecuali
kebahagiaan. Kesedihan memiliki tingkat terendah pengakuan (atau tingkat
kesalahan tertinggi), yang berbeda secara signifikan dari rasa takut dan
kebahagiaan dan mencerminkan tingkat pengenalan yang sudah lebih rendah dari
klip asli.
-
Diskusi
Kami menyimpulkan bahwa tubuh
bagian atas sangat penting untuk persepsi emosi. Bagian bawah tubuh atau kepala
saja tidak relevan dalam set klip untuk mengenali emosi. Ketidakrelevanan
kepala untuk semua emosi kecuali kesedihan bisa saja karena kabur: ketika kita
tutup kepala seluruhnya, tidak ada dampak yang cukup besar. Atau, temuan ini
mungkin disebabkan karena kepala menjadi penting untuk mengenali emosi dalam
hampir semua klip kami. Namun,
tingkat kesalahan yang relatif tinggi untuk kesedihan ketika kepala itu
tertutup dipatuhi dengan pekerjaan sebelumnya yang kepala gerak sangat penting
untuk menampilkan kesedihan.
Untuk
tubuh bagian bawah, yang tidak kabur, emosi bisa efektif disampaikan melalui
gerakan tubuh bagian bawah, misalnya melalui gerakan menendang untuk marah,
yang melarikan diri karena takut gerak, atau melompat untuk kejutan.
Menariknya, perbedaan antara tingkat pengakuan tertutup yang terkecil untuk dua
dari emosi yang ditampilkan gerakan tubuh bagian bawah sangat berbeda, yaitu
rasa takut dan amarah.
Experiment 3: Postur dan
Dinamika
Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa kecepatan, percepatan, dan (didefinisikan sebagai
turunan waktu dari percepatan) merupakan faktor penting dalam bahasa tubuh
emosional bersama dengan gerak [Roether et al. 2009]. Karena prosedur editing
gerak seperti interpolasi dan perubahan blending baik pose dan dinamika, kami
menyelidiki efek ini. Kami berhipotesis bahwa perubahan skala kecil dapat
mempengaruhi intensitas emosi, sedangkan perubahan skala besar dapat
mempengaruhi apakah emosi diakui benar.
Kami menyaring
kurva sendi utama gerakan terbaik yang diakui untuk menghasilkan perubahan ke
salah satu pose, kecepatan, atau keduanya. Untuk percobaan ini, kami
menciptakan empat kondisi: dua kondisi (BB25, BB50) di mana kita mengubah pose
dan kecepatan dengan memadukan up-per tubuh dengan postur netral, satu syarat
dynamic time warping (DTW) di mana kita mengubah waktu tetapi tidak pose
melalui waktu warping dinamis, dan satu syarat offset condition (OFF) di mana
kita mengubah pose tetapi tidak waktu dengan menetapkan offset konstan baik
bahu, siku, atau kepala.
a) Sampel
Kami
menggunakan metode yang sama serba cepat seperti percobaan 2. Tujuh belas
peserta yang tidak terlibat dalam salah satu percobaan sebelumnya, mengambil
bagian dalam percobaan 3, yang memakan waktu kurang dari 30 menit untuk
melakukan. Seperti sebelumnya, mereka kembali dibayar dengan $ 5.
b) Hasil
Salah
satu peserta dengan jawaban yang tidak jelas harus dikeluarkan, meninggalkan 16
peserta dalam analisis. Demikian pula dengan percobaan sebelumnya, kita
menghitung rata-rata untuk masing-masing peserta, emosi, dan jenis Perubahan
(OR, BB25, BB50, DTW, dan OFF) selama dua klip dan dua pengulangan, melakukan
tindakan berulang ANOVA dengan faktor-faktor dalam subyek perubahan dan Emosi,
dan digunakan Newman Keuls-tes post-hoc untuk menentukan asal dari efek yang
signifikan.
·
Recognition Emosi
Seperti
yang diharapkan, kami menemukan efek utama. Tingkat kesalahan untuk gerakan
dicampur sampai 50% dengan gerakan netral (BB50) dan orang-orang dengan offset
(OFF) diakui secara signifikan kurang baik daripada yang dimodifikasi un-(OR).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat recognition BB25, dynamic
time warping (DTW), dan kondisi aslinya. Namun, perbedaan antara kondisi OFF
dan DTW signifikan. Kami juga menemukan efek utama Emosi karena gerakan
kesedihan yang diakui pada tingkat signifikan lebih rendah dari semua emosi
lainnya, yang menyatakan kembali hasilnya ditemukan di seluruh keseluruhan
studi.
Akhirnya,
ada efek interaksi antara Perubahan Emosi, terutama disebabkan oleh offset dan
50% netral klip kesedihan dicampur (OFF dan BB50) memiliki tingkat kesalahan
signifikan lebih tinggi daripada kombinasi lainnya Emosi dan Perubahan. Kami
menemukan bahwa kedua kombinasi (kesedihan OFF, dan kesedihan BB50) juga asal
untuk efek utama Emosi dan Perubahan. Perbedaan antara perubahan emosi lainnya
tidak signifikan.
Ø
Diskusi
Kami
menemukan bahwa teknik editing gerak dapat mempengaruhi pengakuan emosi dan
intensitas yang dirasakan.
Ø Kesimpulan
Kami menyelidiki
bagaimana perubahan klip gerak ditangkap, seperti yang umumnya terjadi melalui
editing gerak, mungkin mengubah pengakuan dan intensitas dirasakan kinerja
emosional. Daripada melihat kategori gerak, seperti gaya berjalan, kita
mempelajari satu set bervariasi klip emosi.
Dari ini, kita belajar bahwa gerak tubuh bagian
atas yang paling penting untuk pengakuan emosi, bahwa perubahan postur dapat
mengubah jenis gerak dirasakan sedangkan perubahan dinamika dapat mengubah
intensitas yang dirasakan, dan intensitas yang dirasakan dari emosi dapat
dikurangi dengan memadukan dengan gerakan netral. Namun, hasil ini tidak
berlaku juga untuk semua gerakan dan emosi, dan pekerjaan di masa depan akan
mencoba untuk memahami perbedaan-perbedaan ini.
Temuan ini mungkin memotivasi seseorang untuk
berhati-hati ketika menggunakan splicing dan IK untuk mengendalikan tubuh
bagian atas, karena perubahan tersebut dapat mempengaruhi pengakuan emosi dan
mengurangi intensitas gerakan yang dirasakan. Ketika pencampuran sendi besar,
seperti kepala, orang mungkin menggunakan beban campuran lebih kecil sehingga
konten emosional tidak diencerkan. Pekerjaan di masa depan akan mencoba untuk
memverifikasi hipotesis ini serta menentukan apakah heuristik tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan algoritma otomatis untuk gaya gerak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Jalan pertama diantara
semua jalan komunikasi nonverbal adalah tubuh. Kita mengkomunikasikan pikiran
dan perasaan kita seringkali dan secara akurat melalui gerakan-gerakan tubuh, oleh karena itu dalam berkomunikasi kita tidak hanya
menggunakan kata-kata (komunikasi verbal) tetapi juga menggunakan
gerakan-gerakan tubuh (komunikasi nonverbal) yang membantu dalam menyampaikan
maksud atau makna dari pesan yang kita berikan kepada orang lain.
Dalam menggunakan komunikasi nonverbal
dengan gerakan tubuh misalnya postur, jarak dan orientasi, kontak fisik serta
penampilan dan bentuk tubuh harus memperhatikan budaya orang lain yang berperan
sebagai lawan bicara kita. Dengan mengetahui budaya orang lain yang berasal
dari wilayah berbeda dapat menghindarkan kesalahpahaman dan hal-hal negatif
lainnya yang mungkin timbul dalam komunikasi nonverbal.
B.
Saran
Untuk
dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh (komunikasi nonverbal)
dengan baik kita harus memahami terlebih dahulu tata cara dan makna yang
terkandung dari bahasa tubuh yang akan kita gunakan, terutama bahasa tubuh yang
digunakan di wilayah berbeda. Sehingga dapat tercipta komunikasi yang efektif
dan efisien.
[1] Herlina. (2009). Postur Tubuh Materi Kuliah Ilmu Pernyataan. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia
[2]
Pease, Allan. (1984). Body Language: How to Read Other’s Thoughts by Their Gestures. London : Sheldon Press.Hal.16
[4] De Vito,
Joseph A. (2002). Human Communication. Hal.5
[5] Ibid,.
[6]
Argyle, M. (1988). Bodily Communication, 2nd ed. New York, NY: Methuen.
Hal. 226.
[7]
De Vito, Joseph A. (1996). Komunikasi
Antarmanusia. Jakarta: Professional Books. Hal. 203.
[8] Ibid,.
[9] Ibid,.
[10] De Vito,
Joseph A. (2002). Human Communication. Hal.15.
[11] Ibid,.
[12] De Vito,
Joseph A. (1996). Komunikasi Antarmanusia.
Jakarta: Professional Books. Hal. 203.
[13]
Ibid,. Hal. 205.
[14]
Ibid,.
[15]
Ibid,.
[16]
Ibid,. Hal. 206.
[17]
Ibid,.
[18]
Ibid., Hal. 208.
[20] Ibid,.
[21] Ibid,. Hal.183.
[22] Ibid,. Hal.184.
[23] Ibid,. Hal.187.
[24] Ibid,. Hal.190
[25] Ibid,. Hal.196.
[26] Normoyle, A. (