Kampus Peradaban
Mereka yang mencoba untuk menetralkan suasana dua organisasi yang sama namun berbeda. Hal ini tak ayal. Organisasi extra menjadi korban karena harus selalu mencoba mengikhlaskan kadernya untuk aktif juga di organisasi intra. Bukan berarti saya tidak menyukainya, karena saya berada didalamnya juga. Tapi, apakah ini sebuah keadilan dan kebijaksanaan yang dibuat?
“Bukan memikirkan kenapa, tetapi bekerjalah sebagaimana porsinya (professional)”, yah ini kutipan dari seorang kaka kelas yang tidak mungkin saya sebut namanya ditulisan ini. Akhirnya saya mencoba untuk tidak memikirkan kenapa kader tidak terikat dalam gerakan ini.
Berawal di kampus peradaban
Tepat di tahun 2011, saya masuk sebagai mahasiswa di kampus peradaban ini, mengenal mahasiswa lain dari berbagai daerah. Perubahan drastis ini, membuat kelabakan saya sebagai mahasiswa baru yang tidak terlalu banyak teman yang satu almamater di SMA dlu. Karena, diangkatan saya hanya saya dan ‘Tya’ yang lolos masuk ke kampus peradaban yang satu almamater.
Materi pembelajaran sangat bertolak belakang dengan background smk dulu. Semenjak smk saya mengambil jurusan teknik, namun di kampus peradaban mengambil psikologi. Semuanya mengenai perbaikan, namun yang berbeda adalah objeknya. Jika di teknik objeknya adalah mesin yang mati, namun di Psikologi objeknya adalah manusia yang abstrak. Tidak usahlah saya menjelaskan dengan sejelas-jelasnya mengenai teknis perpindahan jurusan ini. Karena, Allah telah mengarahkan tangan saya untuk meng’klik’ jurusan Psikologi sebagai jurusan pertama yang ingin di luluskan dalam ujian Mandiri.
Semester satu, saya mengikuti perkuliahan seperti biasa. Teman yang pertama kali dikenal di kampus peradaban Fakultas Psikologi adalah Fitria Ratnasari, yang tidak sengaja bertemu di masjid fathullah (kalo g salah). Mengobrol sebentar lalu tukar no handphone.
Sebelum masuk kampus peradaban ini, saya pernah mendapatkan ultimatum dari sang ketua umum organisasi gerakan pelajar, yah bukan ultimatum juga sih, lebih tepatnya saran untuk memasuki organisasi intra dan ekstra di kampus peradaban. Dengan bekal saran itu, saya coba mengikuti saran tersebut.
Organisasi Intra
Saya selalu ‘menyayangkan’ jika melewati masa-masa gerakan yang seharusnya diikuti saat itu pula harus diundur. Oleh karena itu, saya selalu mengikuti oprec dengan tepat waktu (pada zamannya). Oprek itu dilaksanakan di sebuah villa di puncak (kalau tidak salah), saya sering kesulitan untuk mengingat nama tempat. Sebelumnya memang belum ada yang pernah berbisik ditelinga mengenai organisasi intra yang satu ini di fakultas, entah yang mencoba untuk menggagalkan saya mengikuti acara oprek ini atau apapun itu.
Saya pun berhasil mengikuti acara oprek tersebut dengan full, dari fakultas Psikologi ada tujuh orang yang mengikuti acara ini. dua dari laki-laki, dan lima dari perempuan. Disinilah awal mula saya mengenal tarbiyah yang sebenarnya (walaupun belum sempurna sistemnya), bukan berarti saya tidak pernah mengikuti tahapan tarbiyah di smk. Yah, dulu sih di smk datang untuk mengikuti tarbiyah itu karena ingin kumpul-kumpul saja. Tetapi, lain lagi yang saya rasakan di kampus peradaban ini. dua kata yang dilontarkan ‘luar biasa’.
Terkadang banyak kosa kata bahasa arab yang sering digunakan dalam perkumpulan ini. seperti ‘tafadhal’, eh ga juga sih. Kata itu pernah pertama kali saya dengar di smk, yang sering dilontarkan oleh ustadz ketum organisasi extra sekolah. Kadang waktu itu sambil berbisik kepada teman sebelah ‘Apaan sih artinya’,yang ditanya kebetulan juga ketum keputriannya, jadi yah sama –lah sebelas-dua belas.
Sebelum melangkah ke jenjang tarbiyah selanjutnya di kampus peradaban saya dibekali sepucuk amplop berlambangkan,”…..” hm tau lah yaah.. nah lambangnya itu.
“Sri, materi yang pernah dibahas di lingkaran kita itu apa aja yah?” bunyi sms yang cukup mengerutkan kening, wah saya aja jarang nyatet. Kadang cuman dengerin doang. Yah saya balas dengan seadanya dan semaksimal mungkin. He
Setelah amplop ditangan, saya disarankan untuk menemui kakak “…..” . rahasialah yah, ini urusan pabrik. *ups. Prosesnya ternyata cukup alot dan membuat saya sempat dilempar-lempar kelompok.
Nah, disinilah saya baru faham, oh ini toh yang namanya mutasi. Dan oh ternyata tiap universitas di Indonesia, mereka punya linknya. Satu kata yang terbesit “Hebat”.
Saya mencoba aktif didalamnya, mengikuti berbagai agenda. Agenda kecil-kecilan sampai besar-besaran. Di forkat fakultas intra saya dijadikan sebagai ketua keputriannya. Aneh sih, yah hasilnya juga tidak maksimal. Karena memang, saya tidak begitu tertarik dengan berbagai rutinitas yang rumit. Yah menurut saya waktu itu rumit. Masa, satu hari saja sudah sampai ada beberapa agenda. Padahal itu dalam satu organisasi intra. Heran. Tapi, sebisa mungkin bisa selalu tampil, walau tertatih-tatih. Hehe
Yah, saatnya saya ingin pulang ke rumah yah saya akan pulang, walaupun waktu itu ada rapat. Haha. Itulah, belum terlihat keinginan untuk sepenuhnya ada di organisasi tersebut. Waktu pun mengajarkan saya mengenai organisasi intra ini. Kadang saya tersenyum sendiri melihatnya, mendengarnya, melakukannya. Tapi, juga pernah meneteskan air di mata saat bermalam bersama teman-teman satu perjuangan. Semua itu tidak terlepas dari pembelajaran dan penguatan dari teman-teman sekitar.
Amanah pun bertubi-tubi menghampiri. Entah saat saya up atau saat saya down. Berbagai agenda di intra ini ternyata banyak kalangan mahasiswa yang kontra terhadapnya. Saya lalu berfikir mengenai keberadaan organ intra ini di fakultas. Antara saya akan meneruskan perjuangan atau saya akan mengundurkan diri. Namun, hal itu tidak terucapkan. Saya terus mencoba untuk meluweskan hati, dan tetap berada disini. Walaupun berbagai godaan silih berganti.
Beberapa rekrutmen kader baru diikuti, silih berganti menjadi panitia atau sebagai penonton. Tahun pertama setelah mengikuti kegiatan EXPRESI, saya ikut bergabung dalam pemagangan kepengurusan. Mengajak teman-teman seangkatan untuk mengikuti agenda yang diselenggarakan oleh organ intra ini. Setelah masa pemagangan itu berakhir, bergantilah kepengurusan. Dan saya adalah salah satu orang untuk mengganti posisi di kepengurusan sebelumnya. Saya dipilih atau di percaya untuk mengatur berbagai administrasi organisasi. Menjadi pengurus harian, dan mengontrol kinerja teman-teman seperjuangan.
Hal ini tidak mudah yang aku fikirkan, tahun pertama ini adalah ujian terbesar menurutku. Banyak kader dalam struktur, namun minim komitmen. Apalagi ketua organisasi sangat fakum tahun ini. Kami sebagai anggota menjadi terombang-ambing, selalu bertanya akankah tetap berjalan atau ikut mundur. Kefakuman ini bukan hanya satu atau dua orang, tetapi hampir disemua lini departemen. PeEr besar yang harus dilakukan oleh angkatan saya adalah membangkitkan semangat diri sendiri dan mempengaruhi orang lain untuk semangat membangun organisasi ini. Tapi, hal ini menjadikan kami pincang. Semua hal yang dirasa akan dilakukan menjadi angan-angan pahit. Namun, inilah perjuangan ketua keputrian angkatan sekarang. Selalu berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan dan merealisasikan program-program yang telah dihasilkan dalam musyawarah.
Next Time dilanjut