Resume Manhaj Haroki –Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban- Hal 330-366
Manhaj Haroki
–Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban-
Hal 330-366
Seluruh Pemimpin Quraisy masuk Islam
Hanya dalam sejarah Islam, Seluruh panglima balatentara suatu Negara masuk ke dalam agama musuhnya.
Tiga Pemimpin Besar
• Shafwan bin Umaiyah
Shafwan meminta jaminan keamanan kepada Rosulullah saw selama dua bulan, tetapi rosulullah memberikannya selama empat bulan. Selama itu Shafwan belum juga masuk Islam. Saat perang Hunain, barulah dia menyatakan keIslamanannya, dimana dia mengatkan. “Demi Allah, dulu tidak ada orang di muka bumi ini yang lebih aku benci selain Muhammad. Tetapi, dia masih juga memberiku harta rampasan Perang Hunain, sehingga tidak ada lagi seorang pun di muka bumi ini yang lebih aku cintai selain dia.”
• Ikrimah bin Abu Jahal
Ummu Hakim yang tidak lain adalah istrinya Ikrimah, meminta keamanan untuk suaminya, Ikrimah yang telah melarikan diri ke Yaman. Rasulullah saw pun mengabulkan permintaannya. Ummu Hakim pun mencari suaminya hingga akhirnya ia berhasil dan kembali pulang. Rosulullah saw melompat ketika menyambut Ikrimah, Dan Ikrimah masuk Islam setelah memastikan keamanan dirinya.
Dapat disimpulkan dalam tiga hal berikut.
1. Menahan dendam dan kebencian terhadap orang kafir dan penjahat terbesar dalam sejarah, Abu Jahal, demi menghormati anaknya, yang semula juga merupakan musuh bebuyutan, yang kini datang untuk masuk Islam.
2. Nabi saw. Bangkit dan melompat untuk menyambut kedatangan mantan musuh bebuyutan tersebut, dengan menampakkan kegembiraan yang memenuhi hati beliau, padahal waktu itu Ikrimah belum menyatakan Islam.
3. Nabi saw. Memberikan keamanan kepada Ikrimah sebelum dia menyatakan keislamannya, sekalipun sebelumnya dia telah memenuhi dunia ini dengan peperangan melawan Islam dan kaum Muslimin.
• Suhail bin Amr
Madrasah yang dimasuki Suhail bin Amr sama persis dengan madrasah yang dimasuki Khalid bin Walid. Rasulullah berkata kepada Abdullah, anak Suhail, mengenai ayahnya, “Barangsiapa bertemu Suhail bin Amr maka janganlah memandangnya dengan tajam. Aku benar-benar bersumpah, sesungguhnya Suhail itu memiliki kecerdasan dan kemuliaan. Orang semacam Suhail itu tidak sepatutnya tidak mengenal Islam. Dia sebenar-benarnya telah menyadari bahwa apa yang selama ini dia sembah itu tidak memberinya manfaat apa-apa”
Mendengar pernyataan Rasulullah saw. Mengenai dirinya, berkatalah Suhail, “Demi Allah, sikapnya tetap baik sejak kecil sampai tua.” Suhail pun keluar dari tempat persembunyiannya, bahkan sempat mengikuti perang Hunain, lalu menyatakan keislamannya di Ji’ranah.
Sikap Orang-Orang Tua Mekah
Ketika Bilal mengumandangkan Adzan diatas Ka’bah.
• Juwairiyah binti Abu Jahal
Ketika muadzin mengucapkan “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, dia berkata, “Aku benar-benar bersumpah, namamu memang telah dielu-elukan dan shalat pun pasti akan kami tunaikan. Tetapi demi Allah, kami selamanya takkan menyukai siapa pun yang telah membunuh orang-orang yang kami kasihi. Padahal, ayahku pun sebenarnya pernah juga didatangi kenabian seperti yang datang kepada Muhammad, tapi dia menolaknya karena tidak suka berselisih dengan kaumnya”.
• Attab bin Asid
Dia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak mendengar seruan ini pada hari ini.”
• Harits bin Hisyam
“Mampuslah aku,” keluhnya, “andaikan aku mati saja kemarin, sebelum mendengar Bilal berteriak-teriak di atas Ka’bah.”
• Hakam bin Ash
“Ini, demi Allah, peristiwa besar, budak Bani Jumah kini naik ke atas bangunan Abu Thalhah.”
• Suhail bin Amr
“Kalau ini dimurkai Allah, Dia pasti akan mengubahnya. Tapi, kalau Dia ridhainya,akan jalan terus.”
• Abu Sufyan
“Adapun aku, tidak mengatakan apa-apa. Karena, kalau aku mengatakan sesuatu, pasti perkataanku akan diberitahukan oleh batu-batu ini.”
Melihat itu, datanglah Jibril a.s. memberi tahu Rasulullah saw. Tentang pembicaraan mereka.
Keluarlah Rasulullah saw. Dari dalam Ka’bah menemui mereka, lalu bersabda, “sesungguhnya, aku tahu apa yang telah kalian bicarakan,” kemudian beliau pun mengulang satu persatu isi pembicaraan mereka.
Demikianlah, masuknya Harits dan Attab ke dalam Islam.
Juru Bicara Mekah
• Ibnu Zub’ari
Menggubah syair-syair yang membangkitkan permusuhan terhadap Nabi Muhammad saw, saat ditaklukkannya kota Makkah, dia melarikan diri ke Yaman. Hassan bin Tsabit mengirimkannya sayair yang terkenal,
“Jangan sampai kau tak sempat temui seseorang, yang karena kau benci, maka kau tinggal di Najran, dalam hidup Nista nian”
Dengan syair itu Ibnu Zub’ari datang ke Makkah untuk menemui Rasulullah.
• Ka’ab bin Zuhair. Dia lari ke Thaif.
Dia mendapatkan surat dari Bujair bin Zuhair. Ketika menerima surat itu, dunia merasa sempit baginya. Dia menyesali dirinya, akan tetapi musuh-musuh ada disekelilingnya meneror dirinya dan membuat hatinya bimbang.
Dia berangkat ke Madinah. Bersinggah di tempat kenalannya dari Juhainah. Kenalannya mengantarkannya untuk menemui Rasulullah. Seraya berkata, “Itu Rasulullah. Dekatilah dia mintalah keamanan kepadanya.” Disanalah Ka’ab bertobat dan masuk Islam.
Tokoh-tokoh Wanita Quraisy
Tokoh-tokoh wanita Quraisy yang tercatat masuk Islam waktu itu ialah: Hindun binti Utbah, Ummu Hakim binti Harits, Istri Ikrimah bin Abu Jahal, Bughum binti Mu’adzdzal, istri Shafwan Umaiyah, Fathimah binti Walid bin Mughirah, Hindun binti Munabbih in Hajjaj, ibu Abdullah bin Amr bin Ash, dan lain-lain. Semuanya ada sepuluh orang. Mereka datang kepada Rasulullah saw.
Sepulangnya dari bai’at itu, Hindun menghancurkan patung yang selama ini dia sembah, seraya berkata, “Selama ini, kami terpedaya gara-gara kamu!”
Demikianlah keadaan orang-orang di Mekah, lelaki, perempuan, tua, muda, para pemimpin, maupun para penyair. Semuanya masuk Islam atau minimal meminta keamanan dari Rasulullah saw.
Harus juga dipahami dan dikenali secara mendalam tentang kejiwaan para pemimpin dan tokoh-tokoh besar musuh, sehingga dapat dihindari cara pemaksaan dan penghinaan terhadap mereka. Juga merupakan kewajiban gerakan Islam untuk menaruh perhatian yang besar terhadap persoalan wanita. Contohnya, persoalan Hindun binti Utbah, tokoh wanita pendendam yang paling terkenal dalam sejarah. Akan tetapi, justru dialah yang telah memimpin wanita-wanita Quraisy lainnya masuk Islam.
Karakteristik Ketiga Belas
Pembersihan Kantong-Kantong Paganis
A. Penghancuran Patung-Patung Berhala Bangsa Arab
Rasulullah saw. Menyuruh Abu Asid al-Khuza’i supaya menegakkan kembali peraturan-peraturan di Tanah Haram. Beliau juga mengirim beberapa utusannya untuk berda’wah menyeru manusia kepada Islam dan untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada di sekitar Mekah.
Mengirim Ekspedisi dan Delegasi
1. Rasulullah mengirim Khalid bin Walid supaya mendatangi dan menghancurkan berhala Uzza, pada tanggal 5 Ramadhan 8 H. Berhala itu ada di Nakhlah, milik kaum Quraisy dan seluruh Bani Kinanah. Uzza adalah berhala mereka yang terbesar, dirawat oleh Bani Syaiban.
2. Rasulullah mengirim Amr bin Ash pada bulan yang sama, supaya mendatangi dan menghancurkan Suwa’. Suwa’ adalah sebuah patung berhala milik kaum Hudzail yang ada di Rihath, sebuah tempat yang terletak tiga mil jauhnya dari Mekah.
3. Pada bulan ini pula, Rasulullah saw. Mengirim Sa’ad bin Zaid al-Asyhali bersama dua puluh orang penunggang kuda untuk mendatangi berhala Manat yang ada di Musyallal dekat Qudaid.
4. Sepulangnya Khalid bin Walid dari membinasakan berhala Uzza, Rasulullah saw. Mengirimnya lagi menuju Bani Jadzimah sebagai da’I, bukan sebagai perutusan perang.
Penduduk negeri mengambil senjata, namun Khalid menyuruh warga itu untuk meletakkan senjatnaya kembali dan memberitahu bahwa semua orang telah masuk Islam. Tetapi, Khalid malah menyuruh agar mereka ditangkap, dan diseret ke pembantaian, sehingga banyak orang yang terbunuh saat itu.
Mendengar hal itu Rasulullah berdoa kepada Allah “Ya Allah, sesungguhnya aku berlepaas diri kepada-Mu dari perbuatan yang dilakukan Khalid bin Walid” Rasulullah menngrim Ali untuk membayar diyat (tebusan) kepada penduduk negeri itu.
5. Penghancuran berhala Lata. Setelah segala sesuatunya beres dan kaum muslimin telah bersiap-siap berangkat menuju negeri musuh, Rasulullah menyuruh Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin syu’bah memimpin perjalanan mereka, dengan tujuan mengahancurkan berhala Lata.
Setelah semua patung berhala di sekitar ka’bah dibinasakan, langkah pertama yang dilakukan ialah menghancurkan patung-patung berhala yang ada di seluruh negeri Arab. Hubal, patung berhala terbesar yang ada di Mekah, dihancurkan sendiri oleh Rasulullah saw.
Disini, harus kita perbandingkan antara dua langkah besar dalam amal islami pada tahapan ini, yaitu antara penghancuran patung-patung dan penghancuran tokoh-tokoh musuh. Dalam hal ini, kita sama ssekali tidak melihat kepedulian Rasulullah saw. Terhadap perasaan orang, yang barangkali akan berontak, atau dendam, atau marah, atau murtad ketika melihat berhala pujaannya dihantam dan dihancurkan.
Disini, para da’I sangat perlu membedakan sangat perlu membedakan kedua langkah tersebut, sekalipun da’wah sudah mencapai tahapan puncak, yakni tahapan penaklukan terbesar dan kemenangan yang nyata. Kalau kita hanya memperturutkan dorongan-dorongan perasaan, pada saat melaksanakan program pengajaran umum dalam berdakwah, bisa jadi kita akan sering menggunakan slogan, “Para penguasa yang memerintah dengan selain syariat Allah, wajib dibinasakan.
Sikap-sikap Islam yang berbeda-beda terhadap patung-patung itu dan ternyata telah melewati berbagai tahapan sebagai berikut.
1. Saat Islam melarang umatnya mencela patung-patung tersebut. Tahapan ini tampaknya tidak terbatas waktunya. Maksudnya, gerakan Islam bisa menempuh tahapan ini kapan saja selama ia belum mampu melawan kekafiran dengan sesuatu yang tidak mengakibatkan dimakinya Allah Ta’ala, dan selagi ia tidak bisa mencegahnya.
2. Saat dibangun fondasi Negara. Sikap prinsip dalam negeri ialah, supaya tidak ada sama sekali di sana symbol-simbol keberhalaan. Adapun sikap berhala yang ada diluar negeri, yakni bila berhala itu ada di bawah kekuasaan lebih dari satu pihak, maka bolehlah patung berhala itu dibiarkan, tanpa keikutsertaan kaum muslimin dalam memujanya.
3. Saat Negara telah kokoh. Pada tahap ini, juga masih ada perbedaan sikap terhadap berhala, yakni manakala wilayah tempat keberadaan berhala itu masih menjadi milik bersama maka berbeda dengan kalau wilayah itu sudah sepenuhnya menjadi milik kaum muslimin.
–Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban-
Hal 330-366
Seluruh Pemimpin Quraisy masuk Islam
Hanya dalam sejarah Islam, Seluruh panglima balatentara suatu Negara masuk ke dalam agama musuhnya.
Tiga Pemimpin Besar
• Shafwan bin Umaiyah
Shafwan meminta jaminan keamanan kepada Rosulullah saw selama dua bulan, tetapi rosulullah memberikannya selama empat bulan. Selama itu Shafwan belum juga masuk Islam. Saat perang Hunain, barulah dia menyatakan keIslamanannya, dimana dia mengatkan. “Demi Allah, dulu tidak ada orang di muka bumi ini yang lebih aku benci selain Muhammad. Tetapi, dia masih juga memberiku harta rampasan Perang Hunain, sehingga tidak ada lagi seorang pun di muka bumi ini yang lebih aku cintai selain dia.”
• Ikrimah bin Abu Jahal
Ummu Hakim yang tidak lain adalah istrinya Ikrimah, meminta keamanan untuk suaminya, Ikrimah yang telah melarikan diri ke Yaman. Rasulullah saw pun mengabulkan permintaannya. Ummu Hakim pun mencari suaminya hingga akhirnya ia berhasil dan kembali pulang. Rosulullah saw melompat ketika menyambut Ikrimah, Dan Ikrimah masuk Islam setelah memastikan keamanan dirinya.
Dapat disimpulkan dalam tiga hal berikut.
1. Menahan dendam dan kebencian terhadap orang kafir dan penjahat terbesar dalam sejarah, Abu Jahal, demi menghormati anaknya, yang semula juga merupakan musuh bebuyutan, yang kini datang untuk masuk Islam.
2. Nabi saw. Bangkit dan melompat untuk menyambut kedatangan mantan musuh bebuyutan tersebut, dengan menampakkan kegembiraan yang memenuhi hati beliau, padahal waktu itu Ikrimah belum menyatakan Islam.
3. Nabi saw. Memberikan keamanan kepada Ikrimah sebelum dia menyatakan keislamannya, sekalipun sebelumnya dia telah memenuhi dunia ini dengan peperangan melawan Islam dan kaum Muslimin.
• Suhail bin Amr
Madrasah yang dimasuki Suhail bin Amr sama persis dengan madrasah yang dimasuki Khalid bin Walid. Rasulullah berkata kepada Abdullah, anak Suhail, mengenai ayahnya, “Barangsiapa bertemu Suhail bin Amr maka janganlah memandangnya dengan tajam. Aku benar-benar bersumpah, sesungguhnya Suhail itu memiliki kecerdasan dan kemuliaan. Orang semacam Suhail itu tidak sepatutnya tidak mengenal Islam. Dia sebenar-benarnya telah menyadari bahwa apa yang selama ini dia sembah itu tidak memberinya manfaat apa-apa”
Mendengar pernyataan Rasulullah saw. Mengenai dirinya, berkatalah Suhail, “Demi Allah, sikapnya tetap baik sejak kecil sampai tua.” Suhail pun keluar dari tempat persembunyiannya, bahkan sempat mengikuti perang Hunain, lalu menyatakan keislamannya di Ji’ranah.
Sikap Orang-Orang Tua Mekah
Ketika Bilal mengumandangkan Adzan diatas Ka’bah.
• Juwairiyah binti Abu Jahal
Ketika muadzin mengucapkan “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, dia berkata, “Aku benar-benar bersumpah, namamu memang telah dielu-elukan dan shalat pun pasti akan kami tunaikan. Tetapi demi Allah, kami selamanya takkan menyukai siapa pun yang telah membunuh orang-orang yang kami kasihi. Padahal, ayahku pun sebenarnya pernah juga didatangi kenabian seperti yang datang kepada Muhammad, tapi dia menolaknya karena tidak suka berselisih dengan kaumnya”.
• Attab bin Asid
Dia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak mendengar seruan ini pada hari ini.”
• Harits bin Hisyam
“Mampuslah aku,” keluhnya, “andaikan aku mati saja kemarin, sebelum mendengar Bilal berteriak-teriak di atas Ka’bah.”
• Hakam bin Ash
“Ini, demi Allah, peristiwa besar, budak Bani Jumah kini naik ke atas bangunan Abu Thalhah.”
• Suhail bin Amr
“Kalau ini dimurkai Allah, Dia pasti akan mengubahnya. Tapi, kalau Dia ridhainya,akan jalan terus.”
• Abu Sufyan
“Adapun aku, tidak mengatakan apa-apa. Karena, kalau aku mengatakan sesuatu, pasti perkataanku akan diberitahukan oleh batu-batu ini.”
Melihat itu, datanglah Jibril a.s. memberi tahu Rasulullah saw. Tentang pembicaraan mereka.
Keluarlah Rasulullah saw. Dari dalam Ka’bah menemui mereka, lalu bersabda, “sesungguhnya, aku tahu apa yang telah kalian bicarakan,” kemudian beliau pun mengulang satu persatu isi pembicaraan mereka.
Demikianlah, masuknya Harits dan Attab ke dalam Islam.
Juru Bicara Mekah
• Ibnu Zub’ari
Menggubah syair-syair yang membangkitkan permusuhan terhadap Nabi Muhammad saw, saat ditaklukkannya kota Makkah, dia melarikan diri ke Yaman. Hassan bin Tsabit mengirimkannya sayair yang terkenal,
“Jangan sampai kau tak sempat temui seseorang, yang karena kau benci, maka kau tinggal di Najran, dalam hidup Nista nian”
Dengan syair itu Ibnu Zub’ari datang ke Makkah untuk menemui Rasulullah.
• Ka’ab bin Zuhair. Dia lari ke Thaif.
Dia mendapatkan surat dari Bujair bin Zuhair. Ketika menerima surat itu, dunia merasa sempit baginya. Dia menyesali dirinya, akan tetapi musuh-musuh ada disekelilingnya meneror dirinya dan membuat hatinya bimbang.
Dia berangkat ke Madinah. Bersinggah di tempat kenalannya dari Juhainah. Kenalannya mengantarkannya untuk menemui Rasulullah. Seraya berkata, “Itu Rasulullah. Dekatilah dia mintalah keamanan kepadanya.” Disanalah Ka’ab bertobat dan masuk Islam.
Tokoh-tokoh Wanita Quraisy
Tokoh-tokoh wanita Quraisy yang tercatat masuk Islam waktu itu ialah: Hindun binti Utbah, Ummu Hakim binti Harits, Istri Ikrimah bin Abu Jahal, Bughum binti Mu’adzdzal, istri Shafwan Umaiyah, Fathimah binti Walid bin Mughirah, Hindun binti Munabbih in Hajjaj, ibu Abdullah bin Amr bin Ash, dan lain-lain. Semuanya ada sepuluh orang. Mereka datang kepada Rasulullah saw.
Sepulangnya dari bai’at itu, Hindun menghancurkan patung yang selama ini dia sembah, seraya berkata, “Selama ini, kami terpedaya gara-gara kamu!”
Demikianlah keadaan orang-orang di Mekah, lelaki, perempuan, tua, muda, para pemimpin, maupun para penyair. Semuanya masuk Islam atau minimal meminta keamanan dari Rasulullah saw.
Harus juga dipahami dan dikenali secara mendalam tentang kejiwaan para pemimpin dan tokoh-tokoh besar musuh, sehingga dapat dihindari cara pemaksaan dan penghinaan terhadap mereka. Juga merupakan kewajiban gerakan Islam untuk menaruh perhatian yang besar terhadap persoalan wanita. Contohnya, persoalan Hindun binti Utbah, tokoh wanita pendendam yang paling terkenal dalam sejarah. Akan tetapi, justru dialah yang telah memimpin wanita-wanita Quraisy lainnya masuk Islam.
Karakteristik Ketiga Belas
Pembersihan Kantong-Kantong Paganis
A. Penghancuran Patung-Patung Berhala Bangsa Arab
Rasulullah saw. Menyuruh Abu Asid al-Khuza’i supaya menegakkan kembali peraturan-peraturan di Tanah Haram. Beliau juga mengirim beberapa utusannya untuk berda’wah menyeru manusia kepada Islam dan untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada di sekitar Mekah.
Mengirim Ekspedisi dan Delegasi
1. Rasulullah mengirim Khalid bin Walid supaya mendatangi dan menghancurkan berhala Uzza, pada tanggal 5 Ramadhan 8 H. Berhala itu ada di Nakhlah, milik kaum Quraisy dan seluruh Bani Kinanah. Uzza adalah berhala mereka yang terbesar, dirawat oleh Bani Syaiban.
2. Rasulullah mengirim Amr bin Ash pada bulan yang sama, supaya mendatangi dan menghancurkan Suwa’. Suwa’ adalah sebuah patung berhala milik kaum Hudzail yang ada di Rihath, sebuah tempat yang terletak tiga mil jauhnya dari Mekah.
3. Pada bulan ini pula, Rasulullah saw. Mengirim Sa’ad bin Zaid al-Asyhali bersama dua puluh orang penunggang kuda untuk mendatangi berhala Manat yang ada di Musyallal dekat Qudaid.
4. Sepulangnya Khalid bin Walid dari membinasakan berhala Uzza, Rasulullah saw. Mengirimnya lagi menuju Bani Jadzimah sebagai da’I, bukan sebagai perutusan perang.
Penduduk negeri mengambil senjata, namun Khalid menyuruh warga itu untuk meletakkan senjatnaya kembali dan memberitahu bahwa semua orang telah masuk Islam. Tetapi, Khalid malah menyuruh agar mereka ditangkap, dan diseret ke pembantaian, sehingga banyak orang yang terbunuh saat itu.
Mendengar hal itu Rasulullah berdoa kepada Allah “Ya Allah, sesungguhnya aku berlepaas diri kepada-Mu dari perbuatan yang dilakukan Khalid bin Walid” Rasulullah menngrim Ali untuk membayar diyat (tebusan) kepada penduduk negeri itu.
5. Penghancuran berhala Lata. Setelah segala sesuatunya beres dan kaum muslimin telah bersiap-siap berangkat menuju negeri musuh, Rasulullah menyuruh Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin syu’bah memimpin perjalanan mereka, dengan tujuan mengahancurkan berhala Lata.
Setelah semua patung berhala di sekitar ka’bah dibinasakan, langkah pertama yang dilakukan ialah menghancurkan patung-patung berhala yang ada di seluruh negeri Arab. Hubal, patung berhala terbesar yang ada di Mekah, dihancurkan sendiri oleh Rasulullah saw.
Disini, harus kita perbandingkan antara dua langkah besar dalam amal islami pada tahapan ini, yaitu antara penghancuran patung-patung dan penghancuran tokoh-tokoh musuh. Dalam hal ini, kita sama ssekali tidak melihat kepedulian Rasulullah saw. Terhadap perasaan orang, yang barangkali akan berontak, atau dendam, atau marah, atau murtad ketika melihat berhala pujaannya dihantam dan dihancurkan.
Disini, para da’I sangat perlu membedakan sangat perlu membedakan kedua langkah tersebut, sekalipun da’wah sudah mencapai tahapan puncak, yakni tahapan penaklukan terbesar dan kemenangan yang nyata. Kalau kita hanya memperturutkan dorongan-dorongan perasaan, pada saat melaksanakan program pengajaran umum dalam berdakwah, bisa jadi kita akan sering menggunakan slogan, “Para penguasa yang memerintah dengan selain syariat Allah, wajib dibinasakan.
Sikap-sikap Islam yang berbeda-beda terhadap patung-patung itu dan ternyata telah melewati berbagai tahapan sebagai berikut.
1. Saat Islam melarang umatnya mencela patung-patung tersebut. Tahapan ini tampaknya tidak terbatas waktunya. Maksudnya, gerakan Islam bisa menempuh tahapan ini kapan saja selama ia belum mampu melawan kekafiran dengan sesuatu yang tidak mengakibatkan dimakinya Allah Ta’ala, dan selagi ia tidak bisa mencegahnya.
2. Saat dibangun fondasi Negara. Sikap prinsip dalam negeri ialah, supaya tidak ada sama sekali di sana symbol-simbol keberhalaan. Adapun sikap berhala yang ada diluar negeri, yakni bila berhala itu ada di bawah kekuasaan lebih dari satu pihak, maka bolehlah patung berhala itu dibiarkan, tanpa keikutsertaan kaum muslimin dalam memujanya.
3. Saat Negara telah kokoh. Pada tahap ini, juga masih ada perbedaan sikap terhadap berhala, yakni manakala wilayah tempat keberadaan berhala itu masih menjadi milik bersama maka berbeda dengan kalau wilayah itu sudah sepenuhnya menjadi milik kaum muslimin.