Ayah Kenapa kau Jahat pada Anakmu Sendiri

Kisah ini diambil dari kisah nyata dari teman penulis. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja. 


Semua orang tua sesungguhnya memiliki kasih sayang pada anaknya, menjadi pertanyaan bila orang tua sampai hati menyakiti anak yang masih belum mengerti apa-apa.

kisah itu berawal dari sebut saja Rani (nama samaran) yang berumur sekitar lima atau enam tahunan dan kejadiannya berlangsung selama ia duduk di bangku SD. Rani bisa dibilang belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sexual. pentingnya menjaga harta yang paling berharga saja Rani belum mengetahuinya.

Ia orang yang paling penasaran. penasaran dalam banyak hal. koran-koran bekas yang ia temui di jalanpun dibacanya. hal itu ia lakukan karena nasehat gurunya untuk selalu mencintai ilmu pengetahuan. Bahkan membaca dimana saja merupakan salah satu alternatif untuk menambah pengetahuan. apalagi Rani masih SD, dan untuk memperlancar membaca juga dengan melatih kebiasaan membacanya. singkat cerita, ia menemukan koran yang terdapat kolom mengenai hiburan atau cerita pendek. cerita tersebut memuat cara seorang pelaku pemerkosaan yang menghilangkan keperawanan korbannya. karena ia penasaran akhirnya ia membaca. banyak sekali kosa kata yang tidak ia mengerti. seperti; bercumbu, selangkangan, dan lainnya. hal itu akhirnya ia tanyakan kepada saudara perempuannya. tetapi saudara perempuannya malah memarahinya dan tidak memberitahu apa yang ia tanyakan. jadi, sepanjang selesai membaca koran tersebut ia masih menyimpan penasaran apa arti semua itu.

perlahan tapi pasti ia selalu penasaran dengan pertanyaan yang belum terjawab. ia pun sering sekali bertanya pada ibunya mengenai sakitnya diperkosa itu seperti apa. bermain dengan teman laki-laki pun tidak terbatas. bahkan anak ini sering sekali bermain di rumah laki-laki seusianya.

Rani penasaran dengan perilaku sexual itu seperti apa, akhirnya ia mempraktekkannya dengan teman laki-laki yang seusianya, waktu itu ia masih berumur sekitar 7 atau 8 tahunan. namun, praktek itu dilakukan tanpa membuka pakaiannya. hal itu terus menurus ia lakukan karena ia merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. bukan hanya itu, ia bahkan sering mempraktekkannya di rumah, bersama dengan teman perempuannya. walaupun yang itu tadi, ia tidak melepas pakaiannya.

Kejadian itu terus berulang-ulang, Rani tidak puas dengan hanya menjadi pelaku. tapi ia pun ingin menularkan kenikmatannya kepada tetangganya yang usianya dibawah ia. ia mengajak mereka (laki-laki dan perempuan) untuk melakukan hubungan seksual dihadapannya dengan tetap menggunakan pakaian, dan kejadian tersebut dilakukan dirumahnya sendiri.

Entahlah apa yang dilakukan oleh orang tuanya, mereka tidak melihat, mengendus, dan membaca perilaku Rani. Rani dengan mudah bisa melakukan perilaku seksual itu di lingkungan rumahnya sendiri.

Ternyata kejadian tersebut berawal dari kenikmatan yang ia rasakan langsung. kenikmatan yang ia anggap sebuah bahan hiburan yang merupakan berasal dari perilaku seorang Ayah. Ayah Rani sering sekali memegang maaf kemaluan Rani. Hal itu menjadi kebiasaan Ayah Rani, ketika sedang menonton TV, ngobrol berdua, dan bahkan akan tidur selalu memegang maaf kemaluan Rani. Rani menganggap itu hal wajar yang dilakukan seorang ayah kepada anaknya. ia bahkan merasakan kenikmatan yang belum pernah ia  rasakan sebelumnya. disamping itu ia pun memberitahu kakak perempuannya bahwa ketika di pegang, ia merasakan kegelian dan kenikmatan. namun, karena kakak perempuannya juga belum mengerti mengenai pendidikan sex, akhirnya ia hanya menerima informasi itu dan mengabaikannya.

Rani menularkan kebiasaan itu ke saudara sepupunya juga. ia ajak dan ia memberitahu akan kenikmatan yang ia rasakan. Bahkan ia pernah menuturkan, ketika tidak ada orang yang bisa dia ajak, ia sering memegangnya sendiri untuk mendapat kenikmatan itu, dan bahkan sering melukai kemaluannya dan digesek-gesekkan ke benda yang dia anggap bisa menimbulkan kenikmatannya. Hal itu terjadi sampai ia berada di tingkat kelas 6 SD.

sekarang. Rani menjadi jijik pada dirinya sendiri. pada masa lalunya dan benci sekali pada ayahnya. bahkan ia sempat mengkhawatirkan pernikahannya nanti, bayangan dan ketakutannya kembali datang. pernah ia memperlakukan ayahnya bak orang jahat yang patut tidak dihargai dan disayang. sedikit saja ia ingat akan ayahnya, ia kembali jijik pada dirinya. 

Postingan populer dari blog ini

Syarat TES yang baik